Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Thursday, 2 January 2014

Sepuluh Kesabaran Menghadapi Siswa Les


Sabar di sini dapat diartikan menahan diri dari keluh kesah. Sabar menghadapi siswa les dapat diartikan sabar menghadapi gangguang atau sesuatu yang tidak menyenangkan yang kita dapatkan dari siswa les. Gangguan atau ketidakmenyenangkan ini beragam kadarnya dan bentuknya. Dalam prakteknya ternyata banyak sekali hal – hal yang membutuhkan kita untuk bersabar.
                Berikut ini beberapa contoh perilaku siswa yang membutuhkan kesabaran, diantaranya :
a.       Kemampuan akademik kurang
Tidak setiap siswa yang kita les memiliki kemampuan akademik tinggi atau sedang. Justru malah banyak kita jumpai, siswa les yang memiliki kemampuan akademik rendah. Ini logis lantaran dipilihnya les privat karena si anak tidak bisa mengikuti pelajaran yang kelasnya besar. Oleh karenanya dengan anggapan bahwa si anak akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik bila di les privatkan.
Suatu kenyataan yang saya alami, saya pernah mendapat siswa A yang lemah sekali dalam perhitungan. Terus datang lagi, yang mendaftar siswa B, yang ternyata kemampuan di B lebih parah dari si A. Saya menganggap waktu itu tidak akan ada yang lebih parah dari si B. Seiring berjalannya waktu, si C mendaftar les, ternyata kemapuan sangat parah dan lebih parah dibanding dengan si B. begitu seterusnya, hingga kita akan mendapatkan ujian berupa siswa yang kemampuannya amat sangat sangat terbatas.
                Terbatasnya kemampuan siswa – siswa tersebut dapat kita ketahui dengan kemampuan menangkap materi pelajaran yang terbatas. Mudah lupa, malas mengerjakan soal, dan seabrek perkara – perkara lain yang membuat kita harus berhati luas.
Berhadapan dengan siswa A, B, C, D, atau E tentunya menjadikan kita lebih sabar. Adanya siswa – siswa tersebut, menjadikan kita lebih belajar lagi meningkatkan dari sisi metode mengajar les. Mau tidak mau demikian yang harus kita lakukan. Kita jangan pernah bermimpi untuk memberikan siswa les dengan kemampuan sedang atau tinggi, karena umumnya mereka enggan les privat, seandainya mereka les, mereka akan les di bimbel. Jadi itulah tantangan manakala kita mendapatkann siswa yang kemampuannya kurang.
b.      Belum siap ketika datang
Si A sudah janjian sebelumnya dengan kita untuk les jam 16.00, begitu kita sampai di rumahnya si A tidak ada di rumah. Ibunya meminta kita untuk menunggu. Jadwal les si B jam 16.30, ketika kita sudah sampai di rumahnya, si B lagi baru saja tidur dan ibunya kesulitan membangunkan. Begitu sampai di rumah C untuk les, ternyata si C lupa jadwalnya, dan belum mandi atau makan. Terpaksa kita menunggu si C untuk makan atau mandi. Di rumah si D, saat kita datang untuk ngeles, ternyata si D lagi main layang – layang di lapangan. Orangtuanya sibuk mencari si D, selama 20 menit kita menunggu si D untuk mandi dan siap les. Ini adalah sekadar cuplikan ketidaksiapan siswa untuk mengikuti les. Maklum rasanya jika itu terjadi hanya sesekali, tapi bagaimana jika itu terjadi berulang kali.
Baiklah jika nasehat itu kita berikan terus kepada masing – masing anak untuk siap les, tapi bagaimana perasaan Anda tatkala mereka lakukan secara berulang. Jika les Anda hanya 1 jam 15 menit  misalnya, kemudian siswa Anda harus ditunggu untuk siap les selama 30 menit, maka waktu tersisa hanyalah 45 menit. Pertanyaan yang muncul, apakah Anda tetap memberikan les hanya waktu 45 menit ataukah tetap 75 menit ?
Jikalau kita tidak sabar menghadapi siswa dengan kelakuan seperti itu, maka yang terjadi adalah salah satu diantara kita, pasti akan menghentikan les. Jika les dihentikan berarti kita tidak sabar, dan ruginya kita akan kehilangan siswa les.
c.       Tidak mengerjakan tugas
Adakalanya kita memberikan tugas/PR kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mau mengulang materi yang kita berikan dan mau latihan. Namun sejauh ini, masih terasa sulit bilamana tugas itu terselesaikan oleh siswa. Puluhan alasan akan diberikan oleh siswa les, seperti banyak tugas sekolah, tidak sempat, lupa, dan lain –lain. Sejatinya mereka malas, lha wong seandainya dia ada tugas dari sekolah, dia menginginkan kita yang mengerjakan, kok malah kita ngasih tugas …yang benar saja ! Begitulah realitanya.
 Yang menjadi persoalan di sini adalah bukanlah pada siswa les yang sudah kompeten, namun pada siswa yang kita pandang perlu dan penting untuk diberikan tugas tersebut dari sisi manfaat. Kadang kita memberikan tugas untuk membaca materi prasyarat.
Terus terang, hati kita akan sedih manakalah sekali dua kali tiga kali siswa tidak mengerjakan tugas, tapi tetaplah bersabar. Oleh karenanya di akhir pertemuan les, kita tanya untuk buat komitmen bersama, apakah perlu diberikan tugas atau tidak ? Jika siswa menjawab perlu, kita tanya lagi apakah siap mengerjakan. Jika siswa sanggup, maka kita berikan, jika tidak maka janganlah kita siapkan.
Terkadang jawaban alasan siswa tidak mengerjakan les, karena banyak tugas sekolah, hal ini pada sebagian kecil siswa les betul adanya, tapi umumnya tidak.
d.      Bermain HP saat les
Siswa les yang menggunakan HP saat les ada beberapa kondisi, diantaranya pengalihan kejenuhan, lagi asyik – asyiknya sms, menjawab sms, untuk menghitung, dll. Akan tetapi, jadi bermasalah bila dia keseringan menjawab sms alias asyik sms. Bila penggunaan HP hanya pengalihan dari kejenuhan, tidaklah mengapa. Jadi tidak masalah kita membiarkan sesekali siswa menjawab sms atau menghitung memakai HP, akan lebih baik, sejak awal les kita sampaikan kepadanya untuk mematikan HP saat les. Ini sangat bermanfaat buat siswa dalam hal konsentrasi.
Bila kita sendiri harus ber sms saat les maka sampaikan alasan yang tepat, misalnya Pak Guru saat les ber sms karena menjawab pertanyaan, atau mengatur jadwal les selanjutnya, dan urusan – urusan yang lain. Karena terkadang saat les, kita tidak bisa mengerjakan soal les karena sulit, kita bisa saat itu sms teman untuk membantu menjawab. Lha yang seperti ini, kita sms maksudnya, sejak awal kita sampaikan kepada siswa dengan harapan siswa les jangan ikut – ikutan.
Bila siswa tidak mempedulikan komitmen awal untuk tidak mengaktifkan HP maka kita bersabar dan terus menyampaikan ke siswa dengan teguran yang ringan. Karena kalau ini dibiarkan, les akan terganggu. Jika terganggu akibatnya les kurang bermanfaat.
e.      Bercanda dan mengobrol dengan temannya
Jika les siswa lebih dari 1, kelemahannya adalah siswa ngobrol pada perkara – perkara yang tidak ada hubungan dengan les, misalnya ngobrol masalah teman, curhat keluarga, dll. Ini jelas tidak bermanfaat, kecuali kalau dilakukan di luar les karena pengefektifan waktu les. Sesekali itu boleh ngobrol, akan tetapi bila keseringan, tentu berdampak tidak baik.
Kelemahan ngobrol inilah yang menjadikan banyak siswa yang pindah memilih les privat. Kita bisa melihat siswa di kelas bimbel, saat KBM berlangsung, siswa terlihat kurang memperhatikan karena keasyikan ngobrol. Begitu jatuh nilainya, mereka beralih ke les privat. Jika di les privat mereka tetap mengobrol akibatnya akan mencari guru les lain.
Kadang ini menjadi logika terbalik. Ilustrasinya seperti ini, siswa A tidak mau les di bimbel karena di sana ia ketemu teman – temannya dan ngobrol akibatnya nilainya jatuh, padahal dia sendiri yang pengin ngobrol dengan temannya, karena kalau tidak ngobrol, maka tidak asyik. Kemudian pindah di les privat agar tidak ngobrol, begitu di les privat, ia pengin ada temannya, agar ia bisa melanjutkan obrolannya, dan kenyataannya demikian, ia suka kalau ngobrol. Meskipun ia memandang untuk mencari les yang tidak ada obrolannya. Oleh karenanya, jika siswa masih ngobrol, maka tetap kita tegur dan sabar jika hal itu terulang lagi di kemudian hari.
f.        Sering ijin tidak les
Beberapa contoh sms yang menunjukkan ijin tidak les sebagai berikut :
-          “Maaf, Pak. Hari ini lesnya libur dulu.”
-          “mv ya Pak, saya lagi banyak tugas jadi les libur.”
-          “pak saya ijin karena di sini hujan”
-          “pak, saya tidak bisa les karena baru sakit.”
-          “mf, pak. Saya baru belajar kelompok di rumah teman, lesnya minggu depan lagi saja.”
-          “mf, pak. Saya lagi ada luar kota, belum pulang”
-          “mf, pak, saya baru ke rumah eyang. Ijin dulu”
-          Dan lain – lain
Jika diambil penyebab ketidakhadiran les sebagai berikut :
1.       Sakit
2.       Menyelesaikan tugas
3.       Belajar  kelompok
4.       Bepergian
Alasan – alasan di atas dapat dimaklumi jika kondisinya sesekali. Namun, jika ijinnya keseringan, maka pertanyaan selanjutnya adalah, ‘Ada Apa’, . Menurut pengamatan saya yang terbatas, jika siswa ijin les (maksudnya ijin tidak les ) 3 kali berturut – turut berarti ada kecenderungan untuk pengin pindah les alias tidak betah les dengan kita.
Salah satu antisipasinya, jika siswa sudah ijin les kali kedua, maka segera temui siswa les tersebut untuk konfirmasi, sehingga terdapat kejelasan. Bilamana alasanya tepat, maka tidak menjadi masalah.
Jika ijin tidak les itu diberikan via sms/telp pada jam – jam sebelum les, tidaklah mengapa. Minimalnya 1 jam sebelum les, sehingga jika siswa ijin les pada jam tersebut, dapat kita tawarkan kepada siswa lain untuk mengganti. Namun, bila yang terjadi, dia sms pada waktu 15 menit sebelum jadwal les, maka ini membutuhkan kesabaran kita. Yang lebih parah, saat kita sudah berjalan dari rumah ke rumahnya selama 30 menit, tiba – tiba pas mau sampai rumahnya, ibunya ijin tidak les. Jika kondisinya demikian, maka ya kita sabar.
g.       Catatan tidak punya alias sering ganti – ganti buku
Sedih rasanya bila melihat siswa sering ganti – ganti lembaran catatan atau ganti – ganti buku, seakan – akan ilmu yang kita sampaikan terbuang begitu saja. Bila kita ingin membuktikan bahwa kita sudah menyampaikan materi tersebut dan ingin kita ingatkan kembali, maka akan sulit mencari file – file tadi. Ya sabar juga jadinya.
Siswa yang sering ganti – ganti buku catatan, ini menunjukkan siswa les tersebut tidak belajar dari catatan – catatan les yang kita berikan. Padahal, menurut kita, catatan itu penting untuk selalu diingat. Terlebih lagi jika siswa mencampur dengan catatan pelajaran di sekolah, atau catatan pelajaran mapel lain.
Oleh karenanya di awal les, hendaknya guru les mengingatkan hal ini. Mengingatkan sejak awal pentingnya mencatat di buku khusus les. Jika tidak kita sampaikan, maka siswa tidak akan tahu.
h.      Malas mencatat
Pak Guru sedang mengerjakan soal – soal yang sulit di papan tulis, di belakang si A hanya menatap tanpa menulis, begitu di suruh menulis si A hanya menulis sepenggal – penggal. Kalau si B, dia tidak mencatat dengan alasan sudah paham, padahal belum tentu. Si C menulis dengan sangat lambat sedangkan si D menulis yang penting – penting saja. Ketika mengalami kondisi – kondisi di atas tentu kesabaran kita diuji. Bisa siih kita marah saat itu, tapi akibat kemarahan itu, siswa akan pergi meninggalkan kita.
Lalu apakah hal di atas kita biarkan ? Jika kita biarkan, maka jangan bersedih manakala di kemudian hari siswa tidak bisa mengerjakan soal serupa dengan alasan lupa.
i.         Konsentrasi kurang
Pandangan siswa kelihatan tidak fokus, sering melihat jam, ditanya tidak segera menjawab, atau diam. Indikasi – indikasi di atas, sebagai pendekatan untuk mengenal tingkat konsentrasi yang kurang. Konsentrasi yang kurang saat les dapat terjadi manakala : siswa lagi menahan sakit, jenuh terhadap materi yang kita berikan, les terlalu lama, gelisah, lagi banyak kegiatan yang akan dilakukan, atau ada masalah dengan teman atau keluarga.
Jika permasalahan penyebab kurang konsentrasi ada pada kita, maka hendaknya kita segera refleksi dengan meminta masukan siswa. Jika permasalahan terjadi pada siswa, maka pancing siswa untuk mengemukakan dan kita berikan solusinya. Akan tetapi jika hal itu sulit diungkap, maka kita meminta dengan sangat kepada siswa, agar saat les pikiran harus fokus,  dan hal – hal lain agar ditinggalkan sejenak.
Oleh karenanya guru les harus cermat, manakala siswa di pertemuan sekarang tidak seperti pada pertemuan yang telah lalu, gejolak hati siswa tersebut perlu segera dipecahkan.
j.        Terlambat membayar
Tidak selamanya siswa tertib membayar. Jika les privat hanya 1 siswa maka kecenderungan membayar akan tertib, akan tetapi jika les lebih 1, maka biasanya akan ada siswa yang terlambat, alasan pun beragam bisa karena lupa atau pada saat itu orangtua tidak punya uang. Antisipasinya adalah jika sudah lewat 3 kali pertemuan, sebaiknya les siswa ditunda dulu, sampai siswa tersebut membayar. Hal ini lebih baik, tentu saja kita mengatakan dengan bijak.

Sebenarnya banyak sekali contoh – contoh yang dapat kita berikan, karena keterbatasan waktu dan tempat, maka kita cukupkan 10 hal tersebut. Kesepuluh hal tadi, insya Allah, akan kita jumpai dalam prakteknya, bahkan bisa jadi kesepuluh hal tadi dimiliki oleh 1 siswa. Kalau terjadi demikian, maka seakan kita mendapat telur busuk. 

Tips Sukses UN


Andaikan seminggu lagi kita menginginkan memetik buah dan berkeinginan makan buah tersebut, kemudian setelah seminggu, sangat disayangkan manakala buah yang kita makan belum matang sehingga kualitas rasanya tidak enak. Bahkan sebaliknya, matang memang buah tersebut, tapi dari segi bentuk warna sudah tidak menarik lagi, karena ada sebagian anggota buah tersebut terlihat busuk, ini artinya buah tersebut terlalu matang. Nah, inilah yang dikhawatirkan terjadi pada siswa kita. Sebuah contoh misalnya, pada saat  minggu – minggu sebelum unas, siswa sibuk mencari les privat, belajar semalam suntuk, semua buku ludes dikerjakan, namun sayang hasil unas biasa – biasa saja, ini ibarat buah yang belum matang. Sebaliknya ,pada saat – saat try out, namanya selalu di papan atas, bahkan selalu merajai nilainya di semua lini mapel, namun begitu ujian sesungguhnya, justru nilainya tidak semenonjol seperti yang diharapkan. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah yang salah ? Atau dimanakah letak kesalahannya ? Tentu saja hal ini disebabkan bahwa siswa menganggap apa yang sudah diperolehnya di try out sudah dianggap matang. Begitu juga kasus – kasus belajar sistem semalam suntuk layaknya makan buah karbitan, maka hasilnya pun tidak seenak buah matang di pohon.
Fenomena – fenomena di atas pernah dialami oleh bapak /ibu guru yang mengampu mapel unas atau para tentor di bimbingan belajar. Lalu apakah kejadian – kejadian tersebut akan dibiarkan berulang begitu saja ? Tidak sukakah kita manakala melihat siswa dari try out awal ke try out – try out selanjutnya terjadi peningkatan, kemudian saat Unas laksana “bom waktu” hasilnya meletup luar biasa dengan nilai yang di luar prediksi gurunya ? Ya, tentu semua di antara kita akan suka.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana strategi mematangkan siswa, sehingga hasil unas sangat membanggakan. Hasil unas di sini tidaklah berarti harus mendapat nilai tinggi untuk 1 kelas, atau 1 sekolahan, tapi cukuplah bahwa nilai yang dicapai haruslah sesuai kemampuan dan lebih penting adalah di atas prediksi.
Setidaknya ada 2 jenis kelompok siswa di sini, yang pertama adalah siswa yang biasa berada di peringkat atas, yang kedua adalah siswa yang dengan kemampuan rata – rata tapi menjadi matang  pada saaatnya. Strategi untuk jenis pertama adalah : pertama, tanamkan bahwa jangan terlalu puas terhadap hasil yang dipeoleh. Kedua , guru memperluas SKL (Standar Kompetensi Lulusan) dengan melatih materi – materi yang cukup menantang dan sulit. Hal ini agar siswa tidak bosan terhadap materi dan soal yang sudah biasa dilatihkan. Ketiga, latih siswa membuat soal yang sesuai kisi – kisi. Keempat, perluas penguasaan jawaban siswa dengan berbagai cara. Misal 1 soal matematika dapat dikerjakan dengan minimal 3 cara. Kelima, berlatih penguasaan soal – soal penalaran dan olimpiade yang sesuai SKL, karena hal ini akan membuat siswa lebih termotivasi dan tidak kaget manakala siswa menjumpai soal yang diluar perkiraan.
Jenis kelompok kedua dapat dilakukan dengan strategi : pertama, mencatat rangkuman dan soal yang dirasa sulit, kemudian diulang – ulang. Kedua, memaksimalkan mapel yang dapat menopang nilai mapel yang kurang. Misal, jika siswa kurang nilainya di mapel matematika dan merasa sudah tidak mampu lagi menambah penguasaan SKL nya maka dia harus memaksimalkan nilai mapel lain yang dikuasai. Ketiga, mencukupkan dengan mapel yang telah dikuasai dan memfokuskan mapel yang kurang dikuasai. Misal, jika siswa di mapel matematika sudah cukup kuat sementara di mapel IPA masih kurang, maka ia harus memfokuskan di mapel IPA dengan belajar. Keempat, mengoptimalkan tutor sebaya. Kelima, menanamkan kebiasan bertanya kepada guru atau kepada teman yang pandai.

Demikian setidaknya beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi siswa, guru, dan orangtua dengan harapan siswa yang sudah matang akan menjadi lebih matang pada saatnya. 

Memperhatikan Kekontinuan Les


Ketika kita naik gunung, lebih disukai tanjakan yang landai meski jauh daripada tanjakan yang curam. Sehingga jalan pegunungan dibuat berkelok – kelok meski lama. Ini menunjukkan prinsip bidang miring yang berlaku di dalam kehidupan sehari – hari. Layaknya belajar, siswa sebaiknya belajar sedikit demi sedikit secara kontinu daripada belajar dengan sistem kebut semalam. Ataupun dalam pembelajaran les, kita tentu lebih menyukai siswa yang belajar lebih lama dari pada membelajari siswa yang hanya butuh dadakan, misal dia minta les karena esok pagi ada ujian Mid, dll.
Hal di atas adalah salah satu bentuk kekontinuan dari sisi lama les dalam kurun waktu misal 1 tahun. Bentuk kekontinuan yang lain adalah ketika siswa sudah selesai les di kelas 6 SD, maka diharapkan di kelas 7 ia akan les di tempat kita. Begitu seterusnya hingga ia menamatkan di jenjang SMA. Saya punya pengalaman siswa les yang sudah bertahan hingga 8 tahun. Ia mulai les dengan saya sejak kelas 4 dan berlangsung terus hingga – saat ini – duduk di kelas XI, dan kemungkinan akan berlanjut hingga ia sampai kelas XII.
Bentuk kekontinuan lainnya adalah jika dalam 1 keluarga ada 4 anak, maka saya memberikan les anak pertama, dilanjut anak kedua, anak ketiga, hingga anak ke empat. Ini sudah banyak keluarga yang saya les seperti itu, yaitu semua anaknya saya les. Bahkan ada 1 keluarga yang sudah saya les , sampai saat ini 8 tahun, dan saya perkirakan, insya Allah, bisa bertahan hingga 12 tahun. Karena anaknya  yang keempat sekarang masih duduk di kelas 8.
Lalu apa resepnya siswa tersebut bertahan hingga 9 tahun les. Resepnya sebagai berikut :
a.       Kedekatan saya dengan orangtua.
Orangtuanya sudah mempercayakan kepada saya untuk membimbing les, akibatnya hasil baik atau buruk pun tidak mempedulikan. Kepercayaan ini, Alhamdulillah, melekat seiring dengan berjalannya waktu. Orangtuanya yakin bahwa saya akan memberikan yang terbaik tanpa keraguan.
b.      Hasil awal memuaskan
Kesan hasil tahun pertama siswa yang saya les ternyata berbuah manis, seiring dengan proses yang terus menerus ada perbaikan. Siswa yang saya les merespon positif, sehingga orangtua pun senang, dan ini berlanjut terus sampai sekarang.
c.       No Target
Ternyata siswa yang kontinu saya les, orangtua tidak pernah menargetkan dengan sejumlah nilai tertentu. Prinsipnya yang penting les. Mereka yakin, dengan izin Allah, bahwa saya akan memberikan yang terbaik.
d.      Membayar les tanpa perhitungan
Resep ini yang nampaknya terasa sekali di hati saya, manakala ketika waktu pembayaran tiba, mereka bersegera untuk membayar, tanpa dihitung – hitung. Artinya, ketika saya sebulan yang harusnya datang 4 x, karena suatu hal saya datang sekali, ternyata mereka tetap membayar  4x penuh tanpa mengeluh.
                Namun ada hal yang diperhatikan bahwa tidak selamanya siswa yang meminta les kontinu kita layani, tanpa memperhatikan faktor – faktor yang lain. Ambil contoh, Si A les kelas 6, tiba – tiba hasilnya UN bagus, dan ia meminta kelas 7 dilanjutkan, lalu apakah kita kabulkan ? Pada kasus tersebut banyak siswa yang saya tolak. Oleh karenanya, sebaiknya, kita memperhatikan hal – hal sebagi berikut :
a.       Tingkat kejenuhan
Selama ini, saya sangat memperhatikan kejenuhan siswa dalam les. Jika di kelas 6, misalnya, siswa sudah terlihat jenuh dalam les. Maka di kelas 7, yang tidak ada tantangan untuk berprestasi, maka akan cenderung tidak bisa bertahan. Hal ini beberapa kali saya jumpai. Ada siswa yang memaksa untuk tetap les, eh, ternyata tidak bisa bertahan lama.
b.      Kegiatan sekolah
Ini juga faktor yang perlu kita perhatikan. Misalnya, siswa yang kelas 9 kita les, kemudian dia ingin les lagi di kelas 10, kita harus memperhatikan bahwa di kelas 10 banyak ekstra atau kegiatan sekolah, maka selayaknya kita memperhatikan hal tersebut. Jangan sampai ketika ia di kelas 10 pengin les, kemudian kita layani, ternyata pas jadwal les, ia ijin karena banyak kegiatan ekstra.
c.       Ekonomi orangtua
Perlu diperhatikan juga bahwa tidak semua orangtua siswa memiliki ekonomi yang berkecukupan. Ada kalanya ekonominya pas – pasan dan les sebenarnya perkara yang berat dari sisi biaya. Misal si A baru lulus kelas 6, dengan kondisi ekonomi orangtua pas – pasan, kemudian dia di kelas 7 pengin les lagi, maka saya cenderung menolak. Saya menyarankan untuk les lagi besok kalau sudah kelas 9 dengan alasan agar siswa tersebut tidak bosan. Perlu dipahami bahwa permintaan siswa yang pengin kontinu les, kebanyakan hanyalah efek spontanitas dari hasil UN yang bagus. Jadi bukan karena ingin mengembangkan potensinya yang lebih bagus.

                Jadi kesimpulannya tidak semua siswa yang minta kontinu les kita terima, tapi hendaknya kita memilih dengan memperhatikan hal – hal di atas. Sebaliknya, tidak mengapa kita menawarkan siswa yang kita les agar kontinu belajar lesnya bila kita memandang siswa yang bersangkutan tidak mampu belajar mandiri di kelas atasnya. 

Alokasi Waktu Les


Di pasaran les, kita menjumpai waktu les berkisar antara 1 jam hingga 2 jam, amat sangat sedikit waktu les sekali pertemuan untuk 1 mapel hingga lebih dari 2 jam, karena siswa akan capai dan bosan. Kebanyakan waktu les adalah 1,5 jam baru disusul 1 jam. Namun saya peribadi menyukai les waktunya adalah 75 menit. Dengan les 75 menit, sebenarnya efektif hanya 1 jam, yang 15 menit bisa digunakan untuk mempersiapkan kondisi siswa les, memberi motivasi, dan persiapan menuju les selanjutnya. Jika waktu les 1 jam saja, kita akan cenderung terburu – buru di jalan dan adakalanya siswa pun belum siap les jadi hasil kurang maksimal. Waktu 2 jam pun sebenarnya terlalu boros dan berharga buat pengajar les. Jika les dalam waktu 2 jam, maka sehari kita hanya akan mendapatkan alokasi waktu les sehari hanya 2 kali atau kadang sekali saja.
Berikut ini saya jadwalkan waktunya les, dengan catatan alokasi waktu ini tidak harus di atur seperti ini :
1.       Jadwal pertama jam 15.30 – 16.15
2.       Jadwal kedua jam 16.15 – 18.00
Ingat bahwa pilih jadwal pertama dan kedua selisih tempat tidak jauh

3.       Jadwal ketiga jam 18.30 – 20.00 (dengan perkiraan solat isya’ di masjid 15 menit)