Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Thursday 2 January 2014

Memperhatikan Kekontinuan Les


Ketika kita naik gunung, lebih disukai tanjakan yang landai meski jauh daripada tanjakan yang curam. Sehingga jalan pegunungan dibuat berkelok – kelok meski lama. Ini menunjukkan prinsip bidang miring yang berlaku di dalam kehidupan sehari – hari. Layaknya belajar, siswa sebaiknya belajar sedikit demi sedikit secara kontinu daripada belajar dengan sistem kebut semalam. Ataupun dalam pembelajaran les, kita tentu lebih menyukai siswa yang belajar lebih lama dari pada membelajari siswa yang hanya butuh dadakan, misal dia minta les karena esok pagi ada ujian Mid, dll.
Hal di atas adalah salah satu bentuk kekontinuan dari sisi lama les dalam kurun waktu misal 1 tahun. Bentuk kekontinuan yang lain adalah ketika siswa sudah selesai les di kelas 6 SD, maka diharapkan di kelas 7 ia akan les di tempat kita. Begitu seterusnya hingga ia menamatkan di jenjang SMA. Saya punya pengalaman siswa les yang sudah bertahan hingga 8 tahun. Ia mulai les dengan saya sejak kelas 4 dan berlangsung terus hingga – saat ini – duduk di kelas XI, dan kemungkinan akan berlanjut hingga ia sampai kelas XII.
Bentuk kekontinuan lainnya adalah jika dalam 1 keluarga ada 4 anak, maka saya memberikan les anak pertama, dilanjut anak kedua, anak ketiga, hingga anak ke empat. Ini sudah banyak keluarga yang saya les seperti itu, yaitu semua anaknya saya les. Bahkan ada 1 keluarga yang sudah saya les , sampai saat ini 8 tahun, dan saya perkirakan, insya Allah, bisa bertahan hingga 12 tahun. Karena anaknya  yang keempat sekarang masih duduk di kelas 8.
Lalu apa resepnya siswa tersebut bertahan hingga 9 tahun les. Resepnya sebagai berikut :
a.       Kedekatan saya dengan orangtua.
Orangtuanya sudah mempercayakan kepada saya untuk membimbing les, akibatnya hasil baik atau buruk pun tidak mempedulikan. Kepercayaan ini, Alhamdulillah, melekat seiring dengan berjalannya waktu. Orangtuanya yakin bahwa saya akan memberikan yang terbaik tanpa keraguan.
b.      Hasil awal memuaskan
Kesan hasil tahun pertama siswa yang saya les ternyata berbuah manis, seiring dengan proses yang terus menerus ada perbaikan. Siswa yang saya les merespon positif, sehingga orangtua pun senang, dan ini berlanjut terus sampai sekarang.
c.       No Target
Ternyata siswa yang kontinu saya les, orangtua tidak pernah menargetkan dengan sejumlah nilai tertentu. Prinsipnya yang penting les. Mereka yakin, dengan izin Allah, bahwa saya akan memberikan yang terbaik.
d.      Membayar les tanpa perhitungan
Resep ini yang nampaknya terasa sekali di hati saya, manakala ketika waktu pembayaran tiba, mereka bersegera untuk membayar, tanpa dihitung – hitung. Artinya, ketika saya sebulan yang harusnya datang 4 x, karena suatu hal saya datang sekali, ternyata mereka tetap membayar  4x penuh tanpa mengeluh.
                Namun ada hal yang diperhatikan bahwa tidak selamanya siswa yang meminta les kontinu kita layani, tanpa memperhatikan faktor – faktor yang lain. Ambil contoh, Si A les kelas 6, tiba – tiba hasilnya UN bagus, dan ia meminta kelas 7 dilanjutkan, lalu apakah kita kabulkan ? Pada kasus tersebut banyak siswa yang saya tolak. Oleh karenanya, sebaiknya, kita memperhatikan hal – hal sebagi berikut :
a.       Tingkat kejenuhan
Selama ini, saya sangat memperhatikan kejenuhan siswa dalam les. Jika di kelas 6, misalnya, siswa sudah terlihat jenuh dalam les. Maka di kelas 7, yang tidak ada tantangan untuk berprestasi, maka akan cenderung tidak bisa bertahan. Hal ini beberapa kali saya jumpai. Ada siswa yang memaksa untuk tetap les, eh, ternyata tidak bisa bertahan lama.
b.      Kegiatan sekolah
Ini juga faktor yang perlu kita perhatikan. Misalnya, siswa yang kelas 9 kita les, kemudian dia ingin les lagi di kelas 10, kita harus memperhatikan bahwa di kelas 10 banyak ekstra atau kegiatan sekolah, maka selayaknya kita memperhatikan hal tersebut. Jangan sampai ketika ia di kelas 10 pengin les, kemudian kita layani, ternyata pas jadwal les, ia ijin karena banyak kegiatan ekstra.
c.       Ekonomi orangtua
Perlu diperhatikan juga bahwa tidak semua orangtua siswa memiliki ekonomi yang berkecukupan. Ada kalanya ekonominya pas – pasan dan les sebenarnya perkara yang berat dari sisi biaya. Misal si A baru lulus kelas 6, dengan kondisi ekonomi orangtua pas – pasan, kemudian dia di kelas 7 pengin les lagi, maka saya cenderung menolak. Saya menyarankan untuk les lagi besok kalau sudah kelas 9 dengan alasan agar siswa tersebut tidak bosan. Perlu dipahami bahwa permintaan siswa yang pengin kontinu les, kebanyakan hanyalah efek spontanitas dari hasil UN yang bagus. Jadi bukan karena ingin mengembangkan potensinya yang lebih bagus.

                Jadi kesimpulannya tidak semua siswa yang minta kontinu les kita terima, tapi hendaknya kita memilih dengan memperhatikan hal – hal di atas. Sebaliknya, tidak mengapa kita menawarkan siswa yang kita les agar kontinu belajar lesnya bila kita memandang siswa yang bersangkutan tidak mampu belajar mandiri di kelas atasnya. 

0 comments:

Post a Comment