Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Thursday 2 January 2014

Hadiah dan Hukuman


Sebagaimana kita ketahui, bahwa hadiah dan hukuman ibarat 2 muka dalam 1 keping mata uang. Jika satu keping mata uang dibelah melintang, maka sudah tidak laku lagi sebagai mata uang. Begitu juga dalam memberikan penguatan. Kalau hadiah saja yang diberikan atau sebaliknya, maka hal ini tidak akan baik dalam perkembangan kognitif siswa.
Hadiah tidaklah mesti berupa sesuatu yang sifatnya berwujud. Terkadang siswa pun menanggapi demikian. Bahkan ada yang meremehkan sisi hadiah, seperti jika kita katakan, kalau kalian bisa nanti akan dapat hadiah, maka siswa akan bertanya hadiahnya apa, apa HP atau montor. Hal ini terjadi yang demikian.
Hadiah tidak harus mewah, tapi sedikit saja pun bisa membawa makna. Hadiah dapat berupa buku, pensil, peralatan sekolah, buku, kamus, uang, snack, dll. Hadiah pun bisa berbentuk sesuatu yang tidak berwujud seperti pujian langsung atau pujian kepada siswa di hadapan orangtuanya.
Hadiah diberikan menunjukkan perhatian kita terhadap anak. Hadiah akan membuat siswa termotivasi, yang dmpaknya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di tempat les.
Lalu kapan hadiah itu diberikan ? Sifat dalam memberikan hadiah yang perlu diingat bahwa hadiah jangan diberikan terlalu sering karena hal ini akan mengurangi esensi kemanfaatan fungsi hadiah. Hadiah tidak akan bermakna jika siswa dalam mendapatkan hadiah itu terkesan terlalu mudah. Hadiah dapat diberikan bilamana :
-          Siswa dapat menjawab soal yang sulit
-          Siswa menunjukkan perubahan pada hal – hal yang kita sukai, seperti mencatat menjadi rapi, menghitung sudah terampil, mendapat nilai bagus saat ulangan disekolah, siswa semakin aktif, disiplin dalam les, interaksi meningkat, motivasi/minat semakin baik, dll.
-          Siswa dapat mengingat materi yang kita sampaikan pada meteri sebelumnya
-          Ulangan yang kita berikan, siswa menunjukkan hasil yang bagus
Sampaikan kepada anak, bahwa ketika kita memberikan hadiah, janganlah melihat dari sisi bentuk dan rupa, tapi lihatlah dari sisi niat baik kita dalam memberikan sesuatu.
Jikalau kita bersedia memberi hadiah, maka jangan lupakan hukuman. Hukuman diberikan manakala kita telah siap memberikan hadiah dan hubungan emosional antara guru les dengan siswa dan orangtuanya sudah dekat. Sebab jika tidak dekat, dikhawatirkan terjadi kesalahpahaman atau miskomunikasi. Pemberian hukuman jangan dikatakan kepada siswa, seperti mengatakan, kamu akan saya hukum begini dan begini, tapi cukuplah kita berikan bentuk hukuman tersebut saja. Hukuman ataupun hadiah diberikan manakala kita melihat ada sisi positif, sebab jika tidak ada manfaatnya, maka sebaiknya dihentikan.
Hukuman tidaklah berarti hukuman sangsi militer, seperti berdiri di tempat les, push up, dll. Akan tetapi dapat berwujud teguran yang ringan hingga teguran yang keras, namun bukan ancaman. Terkecuali jika ancaman itu dipandang baik, semisal mengatakan, “Maaf, jika adik belum ada perubahan dalam hal …, saya minta maaf bila sikap adik ini akan saya laporkan ke ibu adik.”, atau mengatakan, “Maaf, jika hal ini masih berlanjut, saya dengan terpaksa tidak bisa menemani belajar lagi.”
Ingat bahwa ancaman diberikan sebagai jalan terakhir ketika melihat perilaku siswa les sangat parah. Kembali kepada hukuman, bahwa hukuman dapat berupa teguran, sebagaimana hadiah dapat berupa pujian.
Terkadang, orangtua siswa mempercayakan kepada guru les dalam memberikan hukuman dengan mengatakan bahwa anaknya dimarahi tidak mengapa hingga bila perlu dicubit. Namun, ketika hukuman fisik diberikan sesuai permintaan orangtuanya, hendaknya tetap melihat dari sisi fungsi dan kedekatan hubungan. Sebab jika tidak, akan menyebabkan konflik.

Jadi hadiah dan hukuman lebih dilihat dari sisi kemanfaatan. Jika dirasa bermanfaat, maka dilanjutkan, jika tidak maka dihentikan. 

0 comments:

Post a Comment