Hadiah dan Hukuman
Sebagaimana
kita ketahui, bahwa hadiah dan hukuman ibarat 2 muka dalam 1 keping mata uang.
Jika satu keping mata uang dibelah melintang, maka sudah tidak laku lagi
sebagai mata uang. Begitu juga dalam memberikan penguatan. Kalau hadiah saja
yang diberikan atau sebaliknya, maka hal ini tidak akan baik dalam perkembangan
kognitif siswa.
Hadiah
tidaklah mesti berupa sesuatu yang sifatnya berwujud. Terkadang siswa pun
menanggapi demikian. Bahkan ada yang meremehkan sisi hadiah, seperti jika kita
katakan, kalau kalian bisa nanti akan dapat hadiah, maka siswa akan bertanya
hadiahnya apa, apa HP atau montor. Hal ini terjadi yang demikian.
Hadiah
tidak harus mewah, tapi sedikit saja pun bisa membawa makna. Hadiah dapat
berupa buku, pensil, peralatan sekolah, buku, kamus, uang, snack, dll. Hadiah
pun bisa berbentuk sesuatu yang tidak berwujud seperti pujian langsung atau
pujian kepada siswa di hadapan orangtuanya.
Hadiah
diberikan menunjukkan perhatian kita terhadap anak. Hadiah akan membuat siswa
termotivasi, yang dmpaknya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di tempat
les.
Lalu
kapan hadiah itu diberikan ? Sifat dalam memberikan hadiah yang perlu diingat
bahwa hadiah jangan diberikan terlalu sering karena hal ini akan mengurangi
esensi kemanfaatan fungsi hadiah. Hadiah tidak akan bermakna jika siswa dalam
mendapatkan hadiah itu terkesan terlalu mudah. Hadiah dapat diberikan bilamana
:
-
Siswa dapat menjawab soal yang sulit
-
Siswa menunjukkan perubahan pada hal – hal yang
kita sukai, seperti mencatat menjadi rapi, menghitung sudah terampil, mendapat
nilai bagus saat ulangan disekolah, siswa semakin aktif, disiplin dalam les,
interaksi meningkat, motivasi/minat semakin baik, dll.
-
Siswa dapat mengingat materi yang kita sampaikan
pada meteri sebelumnya
-
Ulangan yang kita berikan, siswa menunjukkan
hasil yang bagus
Sampaikan
kepada anak, bahwa ketika kita memberikan hadiah, janganlah melihat dari sisi
bentuk dan rupa, tapi lihatlah dari sisi niat baik kita dalam memberikan
sesuatu.
Jikalau
kita bersedia memberi hadiah, maka jangan lupakan hukuman. Hukuman diberikan
manakala kita telah siap memberikan hadiah dan hubungan emosional antara guru
les dengan siswa dan orangtuanya sudah dekat. Sebab jika tidak dekat,
dikhawatirkan terjadi kesalahpahaman atau miskomunikasi. Pemberian hukuman
jangan dikatakan kepada siswa, seperti mengatakan, kamu akan saya hukum begini
dan begini, tapi cukuplah kita berikan bentuk hukuman tersebut saja. Hukuman
ataupun hadiah diberikan manakala kita melihat ada sisi positif, sebab jika
tidak ada manfaatnya, maka sebaiknya dihentikan.
Hukuman
tidaklah berarti hukuman sangsi militer, seperti berdiri di tempat les, push
up, dll. Akan tetapi dapat berwujud teguran yang ringan hingga teguran yang
keras, namun bukan ancaman. Terkecuali jika ancaman itu dipandang baik, semisal
mengatakan, “Maaf, jika adik belum ada perubahan dalam hal …, saya minta maaf
bila sikap adik ini akan saya laporkan ke ibu adik.”, atau mengatakan, “Maaf,
jika hal ini masih berlanjut, saya dengan terpaksa tidak bisa menemani belajar
lagi.”
Ingat
bahwa ancaman diberikan sebagai jalan terakhir ketika melihat perilaku siswa
les sangat parah. Kembali kepada hukuman, bahwa hukuman dapat berupa teguran,
sebagaimana hadiah dapat berupa pujian.
Terkadang,
orangtua siswa mempercayakan kepada guru les dalam memberikan hukuman dengan
mengatakan bahwa anaknya dimarahi tidak mengapa hingga bila perlu dicubit.
Namun, ketika hukuman fisik diberikan sesuai permintaan orangtuanya, hendaknya
tetap melihat dari sisi fungsi dan kedekatan hubungan. Sebab jika tidak, akan
menyebabkan konflik.
Jadi
hadiah dan hukuman lebih dilihat dari sisi kemanfaatan. Jika dirasa bermanfaat,
maka dilanjutkan, jika tidak maka dihentikan.
0 comments:
Post a Comment