Jangan Silau Pujian
Seringkali siswa
atau orangtua siswa memuji atas usaha dan perjuangan kita. Baik pada saat siswa
nilainya tinggi, berhasil masuk sekolah yang diharapkan, atau terbantu dalam
proses pembelajaran. Begitu mereka memuji, di saat yang sama tatalah hati kita,
sehingga akan terhindar dari ujub. Kalau perlu, tahanlah pujian itu untuk
pindah ke topik yang lain, atau sampaikan bahwa semata – mata hasil yang
diproleh adalah nikmat dan karunia Allah.
Berikut ini bentuk – bentuk
pujian yang mereka sampaikan :
-
Terimakasih atas bantuan Bapak, jika Bapak tidak
membantu, maka tidak tahu anak saya dapat nilai berapa.
-
Saya tidak menyangka anak saya dapat nilai
segini, terimakasih atas bantuan bapak selama ini.
-
Anak saya mengatakan bahwa nilai – nilanya
semakin meningkat.
-
Anak saya mengatakan bahwa ketika mulai diajar
Bapak, dia semakin menguasai.
-
dll
Kita
pahami bahwa pujian yang diberikan adalah realisasi dari bentuk terimakasih
mereka. Bahwa barangsiapa yang tidak berterimakasih kepada manusia, maka dia
tidak berterimakasih kepada Allah. Hal ini logis, manakala kita turut andil
dalam membantu keberhasilan anak dalam belajar, maka secara otomotis mereka
akan mengucapkan terimakasih. Ucapan terimakasih yang mereka berikan, hendaknya
kita mensyukurinya kembali dan kita sampaikan bahwa semata – mata itu karunia
Allah.
Jikalau
kita silau pujian, maka akan ada ujub dalam diri kita, dan merasa terhebat.
Yang hal ini akan menjadikan kita semakin puas yang berakibat jalan di tempat.
Oleh karenanya terhadap pujian, janganlah silau dan kembalikan kepada Allah
atas karunia tersebut.
0 comments:
Post a Comment