Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Thursday 2 January 2014

Sepuluh Kesabaran Menghadapi Siswa Les


Sabar di sini dapat diartikan menahan diri dari keluh kesah. Sabar menghadapi siswa les dapat diartikan sabar menghadapi gangguang atau sesuatu yang tidak menyenangkan yang kita dapatkan dari siswa les. Gangguan atau ketidakmenyenangkan ini beragam kadarnya dan bentuknya. Dalam prakteknya ternyata banyak sekali hal – hal yang membutuhkan kita untuk bersabar.
                Berikut ini beberapa contoh perilaku siswa yang membutuhkan kesabaran, diantaranya :
a.       Kemampuan akademik kurang
Tidak setiap siswa yang kita les memiliki kemampuan akademik tinggi atau sedang. Justru malah banyak kita jumpai, siswa les yang memiliki kemampuan akademik rendah. Ini logis lantaran dipilihnya les privat karena si anak tidak bisa mengikuti pelajaran yang kelasnya besar. Oleh karenanya dengan anggapan bahwa si anak akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik bila di les privatkan.
Suatu kenyataan yang saya alami, saya pernah mendapat siswa A yang lemah sekali dalam perhitungan. Terus datang lagi, yang mendaftar siswa B, yang ternyata kemampuan di B lebih parah dari si A. Saya menganggap waktu itu tidak akan ada yang lebih parah dari si B. Seiring berjalannya waktu, si C mendaftar les, ternyata kemapuan sangat parah dan lebih parah dibanding dengan si B. begitu seterusnya, hingga kita akan mendapatkan ujian berupa siswa yang kemampuannya amat sangat sangat terbatas.
                Terbatasnya kemampuan siswa – siswa tersebut dapat kita ketahui dengan kemampuan menangkap materi pelajaran yang terbatas. Mudah lupa, malas mengerjakan soal, dan seabrek perkara – perkara lain yang membuat kita harus berhati luas.
Berhadapan dengan siswa A, B, C, D, atau E tentunya menjadikan kita lebih sabar. Adanya siswa – siswa tersebut, menjadikan kita lebih belajar lagi meningkatkan dari sisi metode mengajar les. Mau tidak mau demikian yang harus kita lakukan. Kita jangan pernah bermimpi untuk memberikan siswa les dengan kemampuan sedang atau tinggi, karena umumnya mereka enggan les privat, seandainya mereka les, mereka akan les di bimbel. Jadi itulah tantangan manakala kita mendapatkann siswa yang kemampuannya kurang.
b.      Belum siap ketika datang
Si A sudah janjian sebelumnya dengan kita untuk les jam 16.00, begitu kita sampai di rumahnya si A tidak ada di rumah. Ibunya meminta kita untuk menunggu. Jadwal les si B jam 16.30, ketika kita sudah sampai di rumahnya, si B lagi baru saja tidur dan ibunya kesulitan membangunkan. Begitu sampai di rumah C untuk les, ternyata si C lupa jadwalnya, dan belum mandi atau makan. Terpaksa kita menunggu si C untuk makan atau mandi. Di rumah si D, saat kita datang untuk ngeles, ternyata si D lagi main layang – layang di lapangan. Orangtuanya sibuk mencari si D, selama 20 menit kita menunggu si D untuk mandi dan siap les. Ini adalah sekadar cuplikan ketidaksiapan siswa untuk mengikuti les. Maklum rasanya jika itu terjadi hanya sesekali, tapi bagaimana jika itu terjadi berulang kali.
Baiklah jika nasehat itu kita berikan terus kepada masing – masing anak untuk siap les, tapi bagaimana perasaan Anda tatkala mereka lakukan secara berulang. Jika les Anda hanya 1 jam 15 menit  misalnya, kemudian siswa Anda harus ditunggu untuk siap les selama 30 menit, maka waktu tersisa hanyalah 45 menit. Pertanyaan yang muncul, apakah Anda tetap memberikan les hanya waktu 45 menit ataukah tetap 75 menit ?
Jikalau kita tidak sabar menghadapi siswa dengan kelakuan seperti itu, maka yang terjadi adalah salah satu diantara kita, pasti akan menghentikan les. Jika les dihentikan berarti kita tidak sabar, dan ruginya kita akan kehilangan siswa les.
c.       Tidak mengerjakan tugas
Adakalanya kita memberikan tugas/PR kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mau mengulang materi yang kita berikan dan mau latihan. Namun sejauh ini, masih terasa sulit bilamana tugas itu terselesaikan oleh siswa. Puluhan alasan akan diberikan oleh siswa les, seperti banyak tugas sekolah, tidak sempat, lupa, dan lain –lain. Sejatinya mereka malas, lha wong seandainya dia ada tugas dari sekolah, dia menginginkan kita yang mengerjakan, kok malah kita ngasih tugas …yang benar saja ! Begitulah realitanya.
 Yang menjadi persoalan di sini adalah bukanlah pada siswa les yang sudah kompeten, namun pada siswa yang kita pandang perlu dan penting untuk diberikan tugas tersebut dari sisi manfaat. Kadang kita memberikan tugas untuk membaca materi prasyarat.
Terus terang, hati kita akan sedih manakalah sekali dua kali tiga kali siswa tidak mengerjakan tugas, tapi tetaplah bersabar. Oleh karenanya di akhir pertemuan les, kita tanya untuk buat komitmen bersama, apakah perlu diberikan tugas atau tidak ? Jika siswa menjawab perlu, kita tanya lagi apakah siap mengerjakan. Jika siswa sanggup, maka kita berikan, jika tidak maka janganlah kita siapkan.
Terkadang jawaban alasan siswa tidak mengerjakan les, karena banyak tugas sekolah, hal ini pada sebagian kecil siswa les betul adanya, tapi umumnya tidak.
d.      Bermain HP saat les
Siswa les yang menggunakan HP saat les ada beberapa kondisi, diantaranya pengalihan kejenuhan, lagi asyik – asyiknya sms, menjawab sms, untuk menghitung, dll. Akan tetapi, jadi bermasalah bila dia keseringan menjawab sms alias asyik sms. Bila penggunaan HP hanya pengalihan dari kejenuhan, tidaklah mengapa. Jadi tidak masalah kita membiarkan sesekali siswa menjawab sms atau menghitung memakai HP, akan lebih baik, sejak awal les kita sampaikan kepadanya untuk mematikan HP saat les. Ini sangat bermanfaat buat siswa dalam hal konsentrasi.
Bila kita sendiri harus ber sms saat les maka sampaikan alasan yang tepat, misalnya Pak Guru saat les ber sms karena menjawab pertanyaan, atau mengatur jadwal les selanjutnya, dan urusan – urusan yang lain. Karena terkadang saat les, kita tidak bisa mengerjakan soal les karena sulit, kita bisa saat itu sms teman untuk membantu menjawab. Lha yang seperti ini, kita sms maksudnya, sejak awal kita sampaikan kepada siswa dengan harapan siswa les jangan ikut – ikutan.
Bila siswa tidak mempedulikan komitmen awal untuk tidak mengaktifkan HP maka kita bersabar dan terus menyampaikan ke siswa dengan teguran yang ringan. Karena kalau ini dibiarkan, les akan terganggu. Jika terganggu akibatnya les kurang bermanfaat.
e.      Bercanda dan mengobrol dengan temannya
Jika les siswa lebih dari 1, kelemahannya adalah siswa ngobrol pada perkara – perkara yang tidak ada hubungan dengan les, misalnya ngobrol masalah teman, curhat keluarga, dll. Ini jelas tidak bermanfaat, kecuali kalau dilakukan di luar les karena pengefektifan waktu les. Sesekali itu boleh ngobrol, akan tetapi bila keseringan, tentu berdampak tidak baik.
Kelemahan ngobrol inilah yang menjadikan banyak siswa yang pindah memilih les privat. Kita bisa melihat siswa di kelas bimbel, saat KBM berlangsung, siswa terlihat kurang memperhatikan karena keasyikan ngobrol. Begitu jatuh nilainya, mereka beralih ke les privat. Jika di les privat mereka tetap mengobrol akibatnya akan mencari guru les lain.
Kadang ini menjadi logika terbalik. Ilustrasinya seperti ini, siswa A tidak mau les di bimbel karena di sana ia ketemu teman – temannya dan ngobrol akibatnya nilainya jatuh, padahal dia sendiri yang pengin ngobrol dengan temannya, karena kalau tidak ngobrol, maka tidak asyik. Kemudian pindah di les privat agar tidak ngobrol, begitu di les privat, ia pengin ada temannya, agar ia bisa melanjutkan obrolannya, dan kenyataannya demikian, ia suka kalau ngobrol. Meskipun ia memandang untuk mencari les yang tidak ada obrolannya. Oleh karenanya, jika siswa masih ngobrol, maka tetap kita tegur dan sabar jika hal itu terulang lagi di kemudian hari.
f.        Sering ijin tidak les
Beberapa contoh sms yang menunjukkan ijin tidak les sebagai berikut :
-          “Maaf, Pak. Hari ini lesnya libur dulu.”
-          “mv ya Pak, saya lagi banyak tugas jadi les libur.”
-          “pak saya ijin karena di sini hujan”
-          “pak, saya tidak bisa les karena baru sakit.”
-          “mf, pak. Saya baru belajar kelompok di rumah teman, lesnya minggu depan lagi saja.”
-          “mf, pak. Saya lagi ada luar kota, belum pulang”
-          “mf, pak, saya baru ke rumah eyang. Ijin dulu”
-          Dan lain – lain
Jika diambil penyebab ketidakhadiran les sebagai berikut :
1.       Sakit
2.       Menyelesaikan tugas
3.       Belajar  kelompok
4.       Bepergian
Alasan – alasan di atas dapat dimaklumi jika kondisinya sesekali. Namun, jika ijinnya keseringan, maka pertanyaan selanjutnya adalah, ‘Ada Apa’, . Menurut pengamatan saya yang terbatas, jika siswa ijin les (maksudnya ijin tidak les ) 3 kali berturut – turut berarti ada kecenderungan untuk pengin pindah les alias tidak betah les dengan kita.
Salah satu antisipasinya, jika siswa sudah ijin les kali kedua, maka segera temui siswa les tersebut untuk konfirmasi, sehingga terdapat kejelasan. Bilamana alasanya tepat, maka tidak menjadi masalah.
Jika ijin tidak les itu diberikan via sms/telp pada jam – jam sebelum les, tidaklah mengapa. Minimalnya 1 jam sebelum les, sehingga jika siswa ijin les pada jam tersebut, dapat kita tawarkan kepada siswa lain untuk mengganti. Namun, bila yang terjadi, dia sms pada waktu 15 menit sebelum jadwal les, maka ini membutuhkan kesabaran kita. Yang lebih parah, saat kita sudah berjalan dari rumah ke rumahnya selama 30 menit, tiba – tiba pas mau sampai rumahnya, ibunya ijin tidak les. Jika kondisinya demikian, maka ya kita sabar.
g.       Catatan tidak punya alias sering ganti – ganti buku
Sedih rasanya bila melihat siswa sering ganti – ganti lembaran catatan atau ganti – ganti buku, seakan – akan ilmu yang kita sampaikan terbuang begitu saja. Bila kita ingin membuktikan bahwa kita sudah menyampaikan materi tersebut dan ingin kita ingatkan kembali, maka akan sulit mencari file – file tadi. Ya sabar juga jadinya.
Siswa yang sering ganti – ganti buku catatan, ini menunjukkan siswa les tersebut tidak belajar dari catatan – catatan les yang kita berikan. Padahal, menurut kita, catatan itu penting untuk selalu diingat. Terlebih lagi jika siswa mencampur dengan catatan pelajaran di sekolah, atau catatan pelajaran mapel lain.
Oleh karenanya di awal les, hendaknya guru les mengingatkan hal ini. Mengingatkan sejak awal pentingnya mencatat di buku khusus les. Jika tidak kita sampaikan, maka siswa tidak akan tahu.
h.      Malas mencatat
Pak Guru sedang mengerjakan soal – soal yang sulit di papan tulis, di belakang si A hanya menatap tanpa menulis, begitu di suruh menulis si A hanya menulis sepenggal – penggal. Kalau si B, dia tidak mencatat dengan alasan sudah paham, padahal belum tentu. Si C menulis dengan sangat lambat sedangkan si D menulis yang penting – penting saja. Ketika mengalami kondisi – kondisi di atas tentu kesabaran kita diuji. Bisa siih kita marah saat itu, tapi akibat kemarahan itu, siswa akan pergi meninggalkan kita.
Lalu apakah hal di atas kita biarkan ? Jika kita biarkan, maka jangan bersedih manakala di kemudian hari siswa tidak bisa mengerjakan soal serupa dengan alasan lupa.
i.         Konsentrasi kurang
Pandangan siswa kelihatan tidak fokus, sering melihat jam, ditanya tidak segera menjawab, atau diam. Indikasi – indikasi di atas, sebagai pendekatan untuk mengenal tingkat konsentrasi yang kurang. Konsentrasi yang kurang saat les dapat terjadi manakala : siswa lagi menahan sakit, jenuh terhadap materi yang kita berikan, les terlalu lama, gelisah, lagi banyak kegiatan yang akan dilakukan, atau ada masalah dengan teman atau keluarga.
Jika permasalahan penyebab kurang konsentrasi ada pada kita, maka hendaknya kita segera refleksi dengan meminta masukan siswa. Jika permasalahan terjadi pada siswa, maka pancing siswa untuk mengemukakan dan kita berikan solusinya. Akan tetapi jika hal itu sulit diungkap, maka kita meminta dengan sangat kepada siswa, agar saat les pikiran harus fokus,  dan hal – hal lain agar ditinggalkan sejenak.
Oleh karenanya guru les harus cermat, manakala siswa di pertemuan sekarang tidak seperti pada pertemuan yang telah lalu, gejolak hati siswa tersebut perlu segera dipecahkan.
j.        Terlambat membayar
Tidak selamanya siswa tertib membayar. Jika les privat hanya 1 siswa maka kecenderungan membayar akan tertib, akan tetapi jika les lebih 1, maka biasanya akan ada siswa yang terlambat, alasan pun beragam bisa karena lupa atau pada saat itu orangtua tidak punya uang. Antisipasinya adalah jika sudah lewat 3 kali pertemuan, sebaiknya les siswa ditunda dulu, sampai siswa tersebut membayar. Hal ini lebih baik, tentu saja kita mengatakan dengan bijak.

Sebenarnya banyak sekali contoh – contoh yang dapat kita berikan, karena keterbatasan waktu dan tempat, maka kita cukupkan 10 hal tersebut. Kesepuluh hal tadi, insya Allah, akan kita jumpai dalam prakteknya, bahkan bisa jadi kesepuluh hal tadi dimiliki oleh 1 siswa. Kalau terjadi demikian, maka seakan kita mendapat telur busuk. 

0 comments:

Post a Comment