Sepuluh Kesabaran Menghadapi Siswa Les
Sabar di sini
dapat diartikan menahan diri dari keluh kesah. Sabar menghadapi siswa les dapat
diartikan sabar menghadapi gangguang atau sesuatu yang tidak menyenangkan yang
kita dapatkan dari siswa les. Gangguan atau ketidakmenyenangkan ini beragam
kadarnya dan bentuknya. Dalam prakteknya ternyata banyak sekali hal – hal yang
membutuhkan kita untuk bersabar.
Berikut ini beberapa contoh
perilaku siswa yang membutuhkan kesabaran, diantaranya :
a.
Kemampuan akademik kurang
Tidak setiap siswa yang kita les memiliki kemampuan akademik
tinggi atau sedang. Justru malah banyak kita jumpai, siswa les yang memiliki
kemampuan akademik rendah. Ini logis lantaran dipilihnya les privat karena si
anak tidak bisa mengikuti pelajaran yang kelasnya besar. Oleh karenanya dengan
anggapan bahwa si anak akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik bila di les
privatkan.
Suatu kenyataan yang saya alami, saya pernah mendapat siswa A
yang lemah sekali dalam perhitungan. Terus datang lagi, yang mendaftar siswa B,
yang ternyata kemampuan di B lebih parah dari si A. Saya menganggap waktu itu
tidak akan ada yang lebih parah dari si B. Seiring berjalannya waktu, si C
mendaftar les, ternyata kemapuan sangat parah dan lebih parah dibanding dengan
si B. begitu seterusnya, hingga kita akan mendapatkan ujian berupa siswa yang
kemampuannya amat sangat sangat terbatas.
Terbatasnya kemampuan siswa –
siswa tersebut dapat kita ketahui dengan kemampuan menangkap materi pelajaran
yang terbatas. Mudah lupa, malas mengerjakan soal, dan seabrek perkara –
perkara lain yang membuat kita harus berhati luas.
Berhadapan dengan siswa A, B, C, D, atau E tentunya
menjadikan kita lebih sabar. Adanya siswa – siswa tersebut, menjadikan kita
lebih belajar lagi meningkatkan dari sisi metode mengajar les. Mau tidak mau
demikian yang harus kita lakukan. Kita jangan pernah bermimpi untuk memberikan
siswa les dengan kemampuan sedang atau tinggi, karena umumnya mereka enggan les
privat, seandainya mereka les, mereka akan les di bimbel. Jadi itulah tantangan
manakala kita mendapatkann siswa yang kemampuannya kurang.
b.
Belum siap ketika datang
Si A sudah janjian sebelumnya dengan kita untuk les jam
16.00, begitu kita sampai di rumahnya si A tidak ada di rumah. Ibunya meminta
kita untuk menunggu. Jadwal les si B jam 16.30, ketika kita sudah sampai di
rumahnya, si B lagi baru saja tidur dan ibunya kesulitan membangunkan. Begitu
sampai di rumah C untuk les, ternyata si C lupa jadwalnya, dan belum mandi atau
makan. Terpaksa kita menunggu si C untuk makan atau mandi. Di rumah si D, saat
kita datang untuk ngeles, ternyata si D lagi main layang – layang di lapangan.
Orangtuanya sibuk mencari si D, selama 20 menit kita menunggu si D untuk mandi
dan siap les. Ini adalah sekadar cuplikan ketidaksiapan siswa untuk mengikuti
les. Maklum rasanya jika itu terjadi hanya sesekali, tapi bagaimana jika itu
terjadi berulang kali.
Baiklah jika nasehat itu kita berikan terus kepada masing –
masing anak untuk siap les, tapi bagaimana perasaan Anda tatkala mereka lakukan
secara berulang. Jika les Anda hanya 1 jam 15 menit misalnya, kemudian siswa Anda harus ditunggu
untuk siap les selama 30 menit, maka waktu tersisa hanyalah 45 menit.
Pertanyaan yang muncul, apakah Anda tetap memberikan les hanya waktu 45 menit
ataukah tetap 75 menit ?
Jikalau kita tidak sabar menghadapi siswa dengan kelakuan seperti
itu, maka yang terjadi adalah salah satu diantara kita, pasti akan menghentikan
les. Jika les dihentikan berarti kita tidak sabar, dan ruginya kita akan
kehilangan siswa les.
c.
Tidak mengerjakan tugas
Adakalanya kita memberikan tugas/PR kepada siswa, dengan
tujuan agar siswa mau mengulang materi yang kita berikan dan mau latihan. Namun
sejauh ini, masih terasa sulit bilamana tugas itu terselesaikan oleh siswa.
Puluhan alasan akan diberikan oleh siswa les, seperti banyak tugas sekolah,
tidak sempat, lupa, dan lain –lain. Sejatinya mereka malas, lha wong seandainya
dia ada tugas dari sekolah, dia menginginkan kita yang mengerjakan, kok malah
kita ngasih tugas …yang benar saja ! Begitulah realitanya.
Yang menjadi persoalan
di sini adalah bukanlah pada siswa les yang sudah kompeten, namun pada siswa
yang kita pandang perlu dan penting untuk diberikan tugas tersebut dari sisi
manfaat. Kadang kita memberikan tugas untuk membaca materi prasyarat.
Terus terang, hati kita akan sedih manakalah sekali dua kali
tiga kali siswa tidak mengerjakan tugas, tapi tetaplah bersabar. Oleh karenanya
di akhir pertemuan les, kita tanya untuk buat komitmen bersama, apakah perlu
diberikan tugas atau tidak ? Jika siswa menjawab perlu, kita tanya lagi apakah
siap mengerjakan. Jika siswa sanggup, maka kita berikan, jika tidak maka
janganlah kita siapkan.
Terkadang jawaban alasan siswa tidak mengerjakan les, karena
banyak tugas sekolah, hal ini pada sebagian kecil siswa les betul adanya, tapi
umumnya tidak.
d.
Bermain HP saat les
Siswa les yang menggunakan HP saat les ada beberapa kondisi,
diantaranya pengalihan kejenuhan, lagi asyik – asyiknya sms, menjawab sms,
untuk menghitung, dll. Akan tetapi, jadi bermasalah bila dia keseringan
menjawab sms alias asyik sms. Bila penggunaan HP hanya pengalihan dari
kejenuhan, tidaklah mengapa. Jadi tidak masalah kita membiarkan sesekali siswa
menjawab sms atau menghitung memakai HP, akan lebih baik, sejak awal les kita
sampaikan kepadanya untuk mematikan HP saat les. Ini sangat bermanfaat buat
siswa dalam hal konsentrasi.
Bila kita sendiri harus ber sms saat les maka sampaikan
alasan yang tepat, misalnya Pak Guru saat les ber sms karena menjawab
pertanyaan, atau mengatur jadwal les selanjutnya, dan urusan – urusan yang
lain. Karena terkadang saat les, kita tidak bisa mengerjakan soal les karena
sulit, kita bisa saat itu sms teman untuk membantu menjawab. Lha yang seperti
ini, kita sms maksudnya, sejak awal kita sampaikan kepada siswa dengan harapan
siswa les jangan ikut – ikutan.
Bila siswa tidak mempedulikan komitmen awal untuk tidak
mengaktifkan HP maka kita bersabar dan terus menyampaikan ke siswa dengan
teguran yang ringan. Karena kalau ini dibiarkan, les akan terganggu. Jika
terganggu akibatnya les kurang bermanfaat.
e.
Bercanda dan mengobrol dengan temannya
Jika les siswa lebih dari 1, kelemahannya adalah siswa
ngobrol pada perkara – perkara yang tidak ada hubungan dengan les, misalnya
ngobrol masalah teman, curhat keluarga, dll. Ini jelas tidak bermanfaat,
kecuali kalau dilakukan di luar les karena pengefektifan waktu les. Sesekali
itu boleh ngobrol, akan tetapi bila keseringan, tentu berdampak tidak baik.
Kelemahan ngobrol inilah yang menjadikan banyak siswa yang
pindah memilih les privat. Kita bisa melihat siswa di kelas bimbel, saat KBM
berlangsung, siswa terlihat kurang memperhatikan karena keasyikan ngobrol.
Begitu jatuh nilainya, mereka beralih ke les privat. Jika di les privat mereka
tetap mengobrol akibatnya akan mencari guru les lain.
Kadang ini menjadi logika terbalik. Ilustrasinya seperti ini,
siswa A tidak mau les di bimbel karena di sana ia ketemu teman – temannya dan
ngobrol akibatnya nilainya jatuh, padahal dia sendiri yang pengin ngobrol
dengan temannya, karena kalau tidak ngobrol, maka tidak asyik. Kemudian pindah
di les privat agar tidak ngobrol, begitu di les privat, ia pengin ada temannya,
agar ia bisa melanjutkan obrolannya, dan kenyataannya demikian, ia suka kalau
ngobrol. Meskipun ia memandang untuk mencari les yang tidak ada obrolannya.
Oleh karenanya, jika siswa masih ngobrol, maka tetap kita tegur dan sabar jika
hal itu terulang lagi di kemudian hari.
f.
Sering ijin tidak les
Beberapa contoh sms yang menunjukkan ijin tidak les sebagai
berikut :
-
“Maaf, Pak. Hari ini lesnya libur dulu.”
-
“mv ya Pak, saya lagi banyak tugas jadi les libur.”
-
“pak saya ijin karena di sini hujan”
-
“pak, saya tidak bisa les karena baru sakit.”
-
“mf, pak. Saya baru belajar kelompok di rumah
teman, lesnya minggu depan lagi saja.”
-
“mf, pak. Saya lagi ada luar kota, belum pulang”
-
“mf, pak, saya baru ke rumah eyang. Ijin dulu”
-
Dan lain – lain
Jika diambil penyebab ketidakhadiran les sebagai berikut :
1. Sakit
2. Menyelesaikan
tugas
3. Belajar kelompok
4. Bepergian
Alasan – alasan di atas dapat dimaklumi jika kondisinya
sesekali. Namun, jika ijinnya keseringan, maka pertanyaan selanjutnya adalah,
‘Ada Apa’, . Menurut pengamatan saya yang terbatas, jika siswa ijin les
(maksudnya ijin tidak les ) 3 kali berturut – turut berarti ada kecenderungan
untuk pengin pindah les alias tidak betah les dengan kita.
Salah satu antisipasinya, jika siswa sudah ijin les kali
kedua, maka segera temui siswa les tersebut untuk konfirmasi, sehingga terdapat
kejelasan. Bilamana alasanya tepat, maka tidak menjadi masalah.
Jika ijin tidak les itu diberikan via sms/telp pada jam – jam
sebelum les, tidaklah mengapa. Minimalnya 1 jam sebelum les, sehingga jika
siswa ijin les pada jam tersebut, dapat kita tawarkan kepada siswa lain untuk
mengganti. Namun, bila yang terjadi, dia sms pada waktu 15 menit sebelum jadwal
les, maka ini membutuhkan kesabaran kita. Yang lebih parah, saat kita sudah
berjalan dari rumah ke rumahnya selama 30 menit, tiba – tiba pas mau sampai
rumahnya, ibunya ijin tidak les. Jika kondisinya demikian, maka ya kita sabar.
g.
Catatan tidak punya alias sering ganti – ganti
buku
Sedih rasanya bila melihat siswa sering ganti – ganti
lembaran catatan atau ganti – ganti buku, seakan – akan ilmu yang kita
sampaikan terbuang begitu saja. Bila kita ingin membuktikan bahwa kita sudah
menyampaikan materi tersebut dan ingin kita ingatkan kembali, maka akan sulit
mencari file – file tadi. Ya sabar juga jadinya.
Siswa yang sering ganti – ganti buku catatan, ini menunjukkan
siswa les tersebut tidak belajar dari catatan – catatan les yang kita berikan.
Padahal, menurut kita, catatan itu penting untuk selalu diingat. Terlebih lagi
jika siswa mencampur dengan catatan pelajaran di sekolah, atau catatan
pelajaran mapel lain.
Oleh karenanya di awal les, hendaknya guru les mengingatkan
hal ini. Mengingatkan sejak awal pentingnya mencatat di buku khusus les. Jika tidak
kita sampaikan, maka siswa tidak akan tahu.
h.
Malas mencatat
Pak Guru sedang mengerjakan soal – soal yang sulit di papan
tulis, di belakang si A hanya menatap tanpa menulis, begitu di suruh menulis si
A hanya menulis sepenggal – penggal. Kalau si B, dia tidak mencatat dengan
alasan sudah paham, padahal belum tentu. Si C menulis dengan sangat lambat
sedangkan si D menulis yang penting – penting saja. Ketika mengalami kondisi –
kondisi di atas tentu kesabaran kita diuji. Bisa siih kita marah saat itu, tapi
akibat kemarahan itu, siswa akan pergi meninggalkan kita.
Lalu apakah hal di atas kita biarkan ? Jika kita biarkan,
maka jangan bersedih manakala di kemudian hari siswa tidak bisa mengerjakan
soal serupa dengan alasan lupa.
i.
Konsentrasi kurang
Pandangan siswa kelihatan tidak fokus, sering melihat jam,
ditanya tidak segera menjawab, atau diam. Indikasi – indikasi di atas, sebagai
pendekatan untuk mengenal tingkat konsentrasi yang kurang. Konsentrasi yang
kurang saat les dapat terjadi manakala : siswa lagi menahan sakit, jenuh
terhadap materi yang kita berikan, les terlalu lama, gelisah, lagi banyak
kegiatan yang akan dilakukan, atau ada masalah dengan teman atau keluarga.
Jika permasalahan penyebab kurang konsentrasi ada pada kita,
maka hendaknya kita segera refleksi dengan meminta masukan siswa. Jika
permasalahan terjadi pada siswa, maka pancing siswa untuk mengemukakan dan kita
berikan solusinya. Akan tetapi jika hal itu sulit diungkap, maka kita meminta
dengan sangat kepada siswa, agar saat les pikiran harus fokus, dan hal – hal lain agar ditinggalkan sejenak.
Oleh karenanya guru les harus cermat, manakala siswa di
pertemuan sekarang tidak seperti pada pertemuan yang telah lalu, gejolak hati
siswa tersebut perlu segera dipecahkan.
j.
Terlambat membayar
Tidak selamanya siswa tertib membayar. Jika les privat hanya
1 siswa maka kecenderungan membayar akan tertib, akan tetapi jika les lebih 1,
maka biasanya akan ada siswa yang terlambat, alasan pun beragam bisa karena
lupa atau pada saat itu orangtua tidak punya uang. Antisipasinya adalah jika
sudah lewat 3 kali pertemuan, sebaiknya les siswa ditunda dulu, sampai siswa
tersebut membayar. Hal ini lebih baik, tentu saja kita mengatakan dengan bijak.
Sebenarnya banyak sekali contoh – contoh yang dapat kita berikan, karena
keterbatasan waktu dan tempat, maka kita cukupkan 10 hal tersebut. Kesepuluh
hal tadi, insya Allah, akan kita jumpai dalam prakteknya, bahkan bisa jadi
kesepuluh hal tadi dimiliki oleh 1 siswa. Kalau terjadi demikian, maka seakan
kita mendapat telur busuk.
0 comments:
Post a Comment