Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Saturday 17 December 2016

Penguatan Karakter Dalam Keluarga


Keluarga merupakan miniatur kecil dari sebuah bangsa. Jika keluarga itu baik, maka akan baik pula bangsa tersebut. Sebaliknya pula, jika keluarga itu rusak, maka akan rusak bangsa tersebut. Menurut seorang Sosioliog Amerika, Robert Bierstedt, keluarga adalah sekumpulan kecil atau besar bertahan lama sifatnya, yang terdiri dari seorang suami dengan istri, baik dengan atau tanpa anak, atau seorang lelaki / perempuan sendirian dengan ditemani anak.
William Damon, dalam bukunya “Greater Expectations” (1995), menuliskan kalimat – kalimat indah, bahwa benih-benih arti moral ditabur pada saat pembuahan,dan akarnya mapan saat lahir. Setiap bayi memasuki dunia ini siap untuk menanggapi secara sosial, dan secara moral, kepada orang lain. Setiap anak memiliki kapasitas untuk memperoleh karakter moral. yang diperlukan sistem respons emosional, pemula kognitif kesadaran, dan pribadi disposisi yang ada dari permulaan. Meskipun, sayangnya, tidak setiap anak tumbuh menjadi orang yang bertanggung jawab dan peduli, yang potensial untuk melakukan perubahan adalah pada asalnya setiap anggota jenis anggota keluarga tersebut.
Tidak ada masyarakat manusia di mana beberapa bentuk keluarga tidak muncul. Malinowski, Antropolog Polandia, menyebutkan keluarga merupakan kekhasan suatu kelompok yang terdiri dari ibu, ayah dan keturunan yang mereka ditemukan dalam semua masyarakat, biadab, barbar dan beradab. Kebutuhan seks tak tertahankan, dorongan untuk reproduksi dan kebutuhan ekonomi umum telah memberikan kontribusi untuk keumuman karakteristik ini.
Keluarga membentuk lingkungan emosional yang mengitari latihan dan pendidikan anak. Hal ini membentuk kepribadian dan cetakan karakter anggotanya. Ibu dan ayah memainkan peran yang berbeda dalam perkembangan seorang anak. Perbedaan secara kasar dapat disimpulkan sebagai berikut;  Ibu adalah pelindung dan pendidik; ayah adalah pelatih kehidupan dan konselor. Ibu bertindak sebagai dasar yang aman di mana anak-anak dapat mengandalkannya; mereka mengajar anak-anak mereka untuk tidak takut lingkungan baru. Selain itu, sebagai ibu cenderung menghabiskan lebih banyak waktu terlibat dalam kegiatan intensitas rendah, seperti membaca dan permainan-bermain, dengan anak-anak mereka, anak-anak mulai melihat ibu sebagai guru.
Keberfungsian sebuah keluarga mampu menciptakan anggota yang terintegrasi dari masyarakat dan menanamkan budaya ke dalam anggota baru dari masyarakat. Ini memberikan status dianggap yang penting seperti kelas sosial dan etnis untuk anggota baru. Hal ini berimplikasi pada fungsi penggantian sosial dengan mereproduksi anggota baru, dengan menggantikan anggotanya yang hilang. Selanjutnya, keluarga memberikan hak individu properti dan juga mampu penugasan dan pemeliharaan ketertiban kekerabatan. Keluarga menawarkan bahan dan keamanan emosional dan menyediakan perawatan dan dukungan bagi individu yang membutuhkan perawatan tersebut.
Orangtua yang menciptakan lingkungan belajar di rumah memberikan efek positif berupa bentuk komunikasi tentang aspek akademik, penugasan, dan pekerjaan rumah. Mereka juga memahami bahwa nilai-nilai keluarga bisa diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.  Tapi yang menjadi masalah, bagaimana orangtua menanamkan nilai-nilai dan kekuatan karakter pada anak-anak sering menjadi misteri. Apakah itu melalui disiplin, hidup nilai-nilai orangtua sendiri, memperlakukan anak-anak dengan hormat, atau kombinasi dari banyak cara bagaimana berinteraksi dengan anak-anak.
Saat anak-anak yang lebih tua, mereka mendapatkan lebih banyak dan lebih umum perihal pujian. Mungkin mereka menerima piala untuk berada di tim pemenang. Mereka mungkin menerima komentar ucapan selamat pada nilai baik atau untuk berpartisipasi dalam kinerja atau acara khusus. Bahkan, banyak anak dipuji untuk segalanya, dalam keyakinan yang salah itu akan meningkatkan harga diri mereka.
Pujian menjadi tidak berarti untuk anak-anak kecuali mereka belajar dari itu. Sama seperti mereka belajar dari umpan balik yang konstruktif pada aspek akademik, penugasan, dan pekerjaan rumah, mereka belajar dari pujian baik bila mampu dikomunikasikan.
Orang tua memiliki kesempatan besar untuk membantu anak-anak mengidentifikasi dan membangun kekuatan karakter mereka dengan mengubah cara mereka memberikan pujian. Ini tidak melazimkan bahwa semua komentar umum dihilangkan. Sebaliknya, setiap kali pujian yang lebih spesifik dapat diberikan, semakin berharga hal itu buat anak. Pemberian pujian yang lebih spesifik, maka membantu anak-anak belajar menguatkan karakter positif.  Begitupun bentuk komunikasi penghargaan untuk siapa pujian tersebut, bukan hanya untuk sifat karakter yang  dilakukan.
Ini kedengarannya cukup mudah. Jika kita semua bekerja sama, anak-anak akan mendapatkan kebutuhan fisik, sosial, emosional, dan etika mereka bertemu. Sayangnya hal ini tidak selalu terjadi. banyak keluarga yang rusak terpisah. Beberapa anak-anak hidup di lingkungan yang berbahaya. Beberapa anak datang ke dunia ini dengan buruk dukungan sosial dan dibesarkan oleh ibu-ibu muda dengan dukungan sedikit atau kurang dukungan emosional atau kekurangan bantuan keuangan dari ayah biologis dari anak. Orang tua lainnya harus bekerja beberapa pekerjaan hanya untuk memberikan kebutuhan dasar bagi keluarga. Begitupun, beberapa anak tinggal di rumah dengan banyak manfaat keuangan tetapi tidak memiliki dukungan emosional. Semua anak-anak ini beresiko. Beberapa anak-anak ini akan menemukan jalan keluar dari penyakit mereka.
Sebagai jalan pintas, anak – anak yang berpenyakit sosial ini dipelihara oleh orang dewasa yang memiliki kepedulian sedikit. Anak-anak ini perlu dukungan lebih dari orang dewasa di komunitas mereka, baik tokoh agama, tokoh guru,  pelatih, orang tua angkat, tokoh masyarakat dalam beragam organisasi sosial dan, mungkin yang paling penting adalah guru dalam kehidupan siswa yang menempa hubungan padat antara orang tua dengan anak.


Friday 16 December 2016

20 Pertanyaan – pertanyaan yang Sering Ditanyakan Siswa



1.       Tanya :
Saya sering kehilangan konsentrasi saat pelajaran matematika, bagaimana cara mengatasi hal tersebut ?
Jawab :
Kehilangan konsentrasi saat pelajaran dapat menyebabkan kesulitan memahami kompetensi yang disampaikan. Jika kehilangan konsentrasi sifatnya terus menerus dan dari awal sampai akhir atau dengan kata lain adalah permanen, maka adik harus menghilangkan semua gangguan yang menyebabkan kurang/hilangnya konsentrasi. Gangguan – gangguan tadi harus secepatnya diatasi, jika tidak mampu mengatasi sendiri, maka sebaiknya konsultasikan dengan orangtua di rumah ataupun guru BK di sekolah. Adapun gangguan yang sifatnya parsial saja, mungkin tidak konsen di awal pelajaran, tengah, atau akhir, maka segera cari penyebab gangguan tersebut. Tidak konsen bisa diawali karena adik tidak paham kompetensi tersebut, oleh karenanya segera bertanya kepada teman duduk adik atau guru saat perlajaran berlangsung, sehingga konsen dapat diperoleh kembali.
2.       Tanya :
Saya sering menutupi hasil pekerjaan saya saat mengerjakan latihan karena malu dilihat guru. Apakah ini baik ?
Jawab :
Menutupi pekerjaan latihan saat dilihat oleh guru adalah hal yang buruk dilakukan, karena ini akan mengurangi interaksi siswa dengan guru. Justru ketika dilihat oleh guru, maka adik akan mendapat masukan bila ada kesalahan dan penguatan (retensi) jika jawaban/langkah adik itu benar.
3.       Tanya :
Apakah belajar matematika cukup dengan dibaca saja ?
Jawab :
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh para siswa ketika belajar matematika adalah membaca saja atau membaca sekaligus menghafal tanpa mau melakukan pengerjaan ulang. Metode membaca atau menghafal ini akan mengakibatkan ketika mengerjakan soal yang memiliki variasi, siswa akan mengalami kesulitan/lupa langkahnya. Sebaiknya, belajar matematika selain membaca, menghafal, juga dilakukan pengerjaan ulang tanpa melihat cara yang ada di buku.
4.       Tanya :
Seringkali guru memberikan banyak cara mengerjakan soal latihan, hal ini menjadikan saya bingung metode mana yang harus saya tempuh ?
Jawab :
Guru memberikan banyak variasi cara menyelesaikan soal latihan tentu ada maksud agar siswa memiliki alternatif solusi, namun terkadang menjadikan siswa kebingungan sebagaimana pertanyaan adik. Oleh karenanya, adik cari solusi langkah termudah yang bisa adik tempuh. Namun mencukupkan dengan satu langkah saja penyelesaian, ini kurang baik dalam teori belajar konstruktivisme. Jika sudah mampu menyelesaikan soal dengan sebuah metode, maka cobalah cari alternatif metode yang lain yang sekiranya mudah.
5.       Tanya :
Kapan waktu yang tepat saya belajar matematika ?
Jawab :
memilih waktu belajar bagi siswa ini pilihan, ada yang suka belajar waktu sore, malam, atau pagi. Bahkan ada yang belajar di seluruh waktu tersebut. Jika terpaksa harus memilih 1 waktu dari ketiga waktu tersebut, maka kami sarankan belajar di malam hari. Jika kondisinya capai dan tidak memungkinkan, maka tidak ada pilihan lain belajar kecuali di waktu pagi.
Hanya saja belajar di waktu pagi, sebagian siswa mengalami rasa kantuk. Lagi pula, belajar matematika tidak cukup menghafal sebagaimana pelajaran – pelajaran yang lain. Waktu pagi memang ideal untuk belajar menghafal, tapi terlalu berat jika digunakan untuk memecahkan kompetensi matematika yang termasuk berpikir tingkat tinggi.
6.       Tanya :
Saya pelajaran – pelajaran lain nilainya di atas KKM dan cukup bagus, namun di mapel matematika saya mengalami kesulitan mencapai KKM, bagaimana hal tersebut ?
Jawab :
Penyebab kesulitan mencapai KKM sangat beragam, bila tidak hanya adik saja yang sulit, atau bisa dikatakan mayoritas siswa di kelas adik mengalami kesulitan matematika, sedangkan untuk mapel lain, nilai adik di atas KKM, maka sangat dimungkinkan karena faktor guru. Segera tanya persoalan matematika yang adik kurang kuasai di luar jam pelajaran pada guru tersebut. Jika ini sudah dilakukan dan masih belum paham, maka konsultasikan peda guru BK.
7.       Tanya :
Berapa lama saya harus belajar matematika setiap harinya ?
Jawab :
Tidak dipungkiri bahwa dalam waktu semalam seorang siswa akan dihadapkan pada sekian mapel yang menanti untuk dipelajari. Idealnya belajar permapel itu adalah 1 jam, baik dari mengulangi kompetensi sebelumnya, mengerjakan PR, dan memahami kompetensi yang akan diterangkan lusa. Untuk jenjang SMP, belajar 1 jam sudah lebih dari cukup untuk siswa. Hal ini berbeda untuk belajar olimpiade matematika, sebagaimana yang pernah kami terima dari pakar matematika, untuk belajar matematika lebih dalam butuh waktu 4 jam sehari.
8.       Tanya :
Saya ketika memahami kompetensi A di suatu waktu paham, kompetensi B juga paham, kompetensi C juga paham, namun ketika kompetensi tersebut digabung saat ulangan misalnya, maka saya mengalami kesulitan.
Jawab :
Pemahaman adik terhadap kompetensi – kompetensi tersebut bisa dikatakan kurang bermakna (meaningfulness) , hal ini bisa dilihat ketika kompetensi tersebut digabung, maka adik mengalami kesulitan yang berarti. Solusinya sederhana, coba buatlah keterkaitan antara kompetensi A, B, dan C tersebut dalam sebuah skema/bagan. Sehingga adik akan mendapatkan alur pada kompetensi yang dipelajari.
9.       Tanya :
Saya selalu takut untuk di depan karena khawatir guru matematika menunjuk saya untuk maju.
Jawab :
Kekhawatiran seperti ini seyogyanya dihilangkan. Duduk di depan jika dirasa dapat menambah kejelasan kompetensi maka sebaiknya dilakukan. Kekhawatiran karena ditunjuk hanyalah kekhawatiran semu, justru siswa yang duduk di belakang, yang menjadikan gaduh, dialah yang akan mendapat amarah dari guru dan bisa jadi akan ditunjuk maju ke depan.
10.       Tanya :
Guru saya sering menjelaskan kompetensi tidak keras suaranya sehingga menjadikan situasi kelas gaduh. Akibatnya saya kurang memahami kompetensi yang disampaikan.
Jawab :
Mengganti guru yang tidak disukai siswa bukanlah hal yang mudah dan juga bukan solusi. Solusi sederhana yang bisa dilakukan adalah beradaptasi, jika memungkinkan adalah duduk di depan, dan bertanya langsung bila tidak jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan interupsi disertai permintaan maaf dengan memberikan masukan berupa keluhan suara yang tidak terdengar.
11.       Tanya :
Saat diskusi kelompok, saya melihat banyak waktu yang terbuang.
Jawab :
Diskusi kelompok adalah salah satu strategi mengajar sebagai bentuk variasi metode ceramah. Diskusi kelompok akan memberikan banyak pengalaman belajar sebagaimana dalam literatur pendidikan. Awalnya diskusi kelompok siswa akan mengalami kesulitan mengemukakan pendapat, tapi lambat laun akan hilang kesulitan tersebut dan akan berbuah manis berupa banyaknya pertukaran ide di antara siswa.
12.       Tanya :
Saya mengalami kesulitan dalam menjumlahkan operasi bilangan bulat, semisal negatif dijumlahkan atau dikurangi dengan negatif, dan seterusnya. Bagaimana mengatasi hal ini ?
Jawab :
Cobalah adik meminta kepada guru matematika untuk membimbing dengan metode yang lain. Pengalaman kami di sekolah, siswa diberi metode penjumlahan dengan media belajar yang kongkrit, lambat laun siswa memahami operasi bilangan bulat.
13.       Tanya :
Saya kesulitan mengerjakan penyelesaian matematika langkah demi langkah secara terstruktur. Bagaimana hal ini ?
Jawab :
Salah satu sifat dalam pembelajaran matematika adalah adanya keterstrukturan. Semakin kompleks soal, maka akan semakin banyak langkah penyelesaian. Sulitnya matematika memang letaknya di sini, meski demikian hal tersebut tidak boleh dihindari, justru ini menjadikan tantangan untuk terus berlatih menuliskan langkah demi langkah sehingga menjadi terstruktur.
14.       Tanya :
Saya seringkali kehabisan waktu dalam menyelesaikan soal, seandainya waktu itu lebih, maka saya dapat menyelesaikannya dengan baik
Jawab :
Sebenarnya permasalahan di atas, hanyalah adik kurang waktu untuk berlatih dan menyelesaikan soal dengan cepat. Cobalah berlatih mengerjakan soal dengan secepatmungkin. Dengan sering berlatih mengerjakan soal dengan cepat, mudah – mudahan permasalahan di atas dapat di atasi
15.       Tanya :
Bagaimana cara belajar perkalian dengan baik ?
Jawab :
Awalnya seorang guru perlu menanamkan konsep perkalian dengan benar, selanjutnya pada taraf aplikasi, siswa dapat lakukan dengan menghafal. Ujian lisan perkalian 1 – 10 bisa dijawab 25 soal dalam semenit. Misal guru bertanya 6 x 8 =… siswa menjawab 48 dan seterusnya hingga 25 soal dalam semenit.
16.       Tanya :
Ketika guru memberikan soal, saya kurang percaya diri langsung mengerjakan, seringnya saya melihat hasil pekerjaan teman sehingga mendapat ide untuk menuliskannya.
Jawab :
Cara di atas hanyalah akan membuang waktu produktif di kelas. Yang baik dilakukan adalah mengerjakan terlebih dahulu semaksimal mungkin, jika kehabisan ide, maka bisa dengan bertanya kepada teman, tanpa melihat hasil pekerjaan teman tersebut.
17.       Tanya :
Ujian makin dekat dan kompetensi yang harus saya pelajari semakin banyak, sementara kemampuan saya pas – pasan.
Jawab :
Menyadari keterbatasan akan kemampuan dan waktu, maka pilihnya skala prioritas. Mulailah belajar dari yang terpenting yang memberikan pondasi awal untuk keberlanjutan kompetensi serta belajarlah dari yang termudah, sehingga penguasaan kompetensi dapat lebih banyak didapat.
18.       Tanya :
Bagaimana caranya mengetahui kompetensi ini mudah dan sulit bagi saya ?
Jawab :
Guru sebenarnya lebih tahu kemampuan siswa. Adakalanya kompetensi A lebih sulit bagi siswa ini, namun mudah bagi siswa yang lain. Meski demikian , kompetensi yang mudah dapat diketahui dari sedikitnya waktu menyelesaikan serta sedikitnya langkah penyelesaian, dan ini bisa dijumpai dalam berpikir kognitif tingkat rendah. Hanya saja idealnya, konsultasikan dengan guru terkait mana kompetensi yang mudah dan sulit untuk dipelajari, sehingga siswa dapat memanajemen waktu untuk belajar
19.       Tanya :
Apakah belajar matematika tidak boleh menghafal ?
Jawab :
Sebagian orang memang berpandangan bahwa belajar matematika itu tidak dihafal tapi dipahami. Namun, beberapa hal baik kompetensi yang mudah ataupun yang susah, adakalanya perlu penghafalan. Oleh karenanya, dapat dipadukan metode belajar  baik dengan memahami/mengerti dengan menghafal. Tujuan menghafal agar terjadi penguatan, sedangkan memahami agar lebih bermakna. Dengan kata lain dengan menggabungkan menghafal dan memahami, maka pembelajaran bermakna dapat disimpan dalam memori jangka panjang.
20.       Tanya :
Bagaimana kiat – kiat untuk bisa belajar matematika yang efektif dan menyenangkan ?
Jawab :
Sungguh ini pertanyaan yang bagus. Sejatinya banyak jalan menuju roma dalam mencapai hal tersebut, karena hal ini sifatnya masih umum, meski demikian terdapat kiat – kiat khusus yang bisa dilakukan mengaca dari pengalaman para pakar matematika dan para siswa yang berhasil menguasai mayoritas kompetensi. Diantaranya adalah fokus belajar, timbulkan minat dan motivasi intrinsik yaitu ia belajar agar ia bisa menguasai materi yang lebih sulit, tanamkan kemandirian belajar, pelajari dari yang mudah dan dari yang terpenting, luangkan waktu untuk bertanya pada guru atau siswa lain yang lebih kompeten.

Etika Menulis Bahan Ajar



Belum lepas dari ingatan kita mengenai buku pelajaran yang didalamnya terkandung bau cerita porno, masyarakat dihangatkan oleh pemberitaan buku LKS yang didalamnya terkandung foto Miyabi, kemudian bertambah lagi dengan adanya materi pelajaran berkaitan alat reproduksi yang agak kelewatan bagi perkembangan anak SD. Tampaknya masyarakat masih tidak mau menerima kehadiran buku atau LKS yang memuat unsur pornografi yang dikhawatirkan merusak generasi muda.
Pertanyaan yang diajukan adalah siapakah pihak yang bertanggungjawab dengan beredarnya buku – buku tersebut di pasaran ? Setidaknya ada 3 pihak yang berkaitan dalam hal ini, yaitu penulis buku, editor buku, dan pihak dinas pendidikan. Namun anehnya ketiga pihak saling lempar tanggung jawab, seakan itu bukan salah mereka.
Seorang penulis buku, dalam hal ini dipersempit menjadi modul, hendaknya memperhatikan betul terhadap apa – apa yang hendak ditulisnya. Ia berusaha untuk memberikan yang terbaik berkaitan  materi pelajaran yang akan disampaikan dan diiringi pula dengan moral dan etika. Ia hendaknya memperhatikan bahasa penyampaian, jangan sampai apa yang disampaikan mengandung penyesatan moralitas. Gambar – gambar yang disampaikan pun harus diperhatikan pula. Apakah rugi manakala seorang penulis modul,  memperhatikan hal – hal di atas ? Begitu juga karena ini modul pelajaran, maka jangan sampai seorang penulis modul hanya mengejar deadline, sehingga apa yang ditulisnya hanya setoran semalam (kejar tayang), hingga tidak tahu terhadap apa yang disampaikan.

Seorang penulis modul harus memperhatikan apa yang ditulisnya mengandung aspek SARA, pornografi, kekerasan dan permusuhan. Terkait masalah pornografi, maka penjeratan terhadap hal ini berkaitan dalam hal : Pertama, story (cerita). Jika hendak menyampaikan cerita, maka hindarilah cerita – cerita yang menjurus pornografi, seperti cerita orang pacaran, persetubuhan, perselingkuhan, dan lain - lain. Kedua, explanation (penjelasan). Maksudnya penulis ketika menjelaskan hal – hal yang dapat terindikasi pornografi, jangan terlalu vulgar, oleh karenanya dalam hal ini harus mendiskusikan dengan guru – guru  yang lain, dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi siswa. Ketiga, image (gambar). Penulis jangan sampai menampilkan tokoh artis yang terjerat masalah pornografi, skandal, atau yang sering berpenampilan vulgar. Dalam hal ini pula, menyajikan gambar atau kartun, atau bahkan mainan jangan sampai menimbulkan rangsangan seksual, karena ini akan lebih berbahaya. Keempat, symbol (simbol) yang dalam hal ini meliputi simbol, slogan, potongan kalimat, bahasa sindiran jika dirasa mengandung unsur pornografi maka hendaknya ditinggalkan. 

Mengapa Siswa Perlu Les


Les bagi siswa sebenarnya adalah kebutuhan. Banyak manfaat yang dapat diambil oleh siswa, diantaranya adalah menambah pengetahuan, menguatkan mental mengerjakan soal, dan menambah percaya diri. Sekalipun siswa masih menjadikan les sebagai gengsi karena teman - temannya ikut les.

Seorang guru memberikan 5 soal yang rumit. Jika siswa tadi mengerjakan dengan benar bisa jadi butuh waktu 4 jam, terlebih lagi waktu siswa tidak hanya digunakan untuk belajar 1 mapel (ini bagi siswa yang rajin), tapi kalau siswa yang malas-malasan tentu soal rumit tadi tidak akan dikerjakan.

Jika ia mendatangi guru les, maka ia dapat bertanya strategi mengerjakan soal yang rumit. Nah disitulah ada efisiensi waktu mengerjakan. Akhirnya 5 soal tadi yang butuh waktu 4 jam, bisa diselesaikan dalam waktu 1 jam saja.
Efisien bukan ?

Semoga bermanfaat.