Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Friday 16 December 2016

Etika Menulis Bahan Ajar



Belum lepas dari ingatan kita mengenai buku pelajaran yang didalamnya terkandung bau cerita porno, masyarakat dihangatkan oleh pemberitaan buku LKS yang didalamnya terkandung foto Miyabi, kemudian bertambah lagi dengan adanya materi pelajaran berkaitan alat reproduksi yang agak kelewatan bagi perkembangan anak SD. Tampaknya masyarakat masih tidak mau menerima kehadiran buku atau LKS yang memuat unsur pornografi yang dikhawatirkan merusak generasi muda.
Pertanyaan yang diajukan adalah siapakah pihak yang bertanggungjawab dengan beredarnya buku – buku tersebut di pasaran ? Setidaknya ada 3 pihak yang berkaitan dalam hal ini, yaitu penulis buku, editor buku, dan pihak dinas pendidikan. Namun anehnya ketiga pihak saling lempar tanggung jawab, seakan itu bukan salah mereka.
Seorang penulis buku, dalam hal ini dipersempit menjadi modul, hendaknya memperhatikan betul terhadap apa – apa yang hendak ditulisnya. Ia berusaha untuk memberikan yang terbaik berkaitan  materi pelajaran yang akan disampaikan dan diiringi pula dengan moral dan etika. Ia hendaknya memperhatikan bahasa penyampaian, jangan sampai apa yang disampaikan mengandung penyesatan moralitas. Gambar – gambar yang disampaikan pun harus diperhatikan pula. Apakah rugi manakala seorang penulis modul,  memperhatikan hal – hal di atas ? Begitu juga karena ini modul pelajaran, maka jangan sampai seorang penulis modul hanya mengejar deadline, sehingga apa yang ditulisnya hanya setoran semalam (kejar tayang), hingga tidak tahu terhadap apa yang disampaikan.

Seorang penulis modul harus memperhatikan apa yang ditulisnya mengandung aspek SARA, pornografi, kekerasan dan permusuhan. Terkait masalah pornografi, maka penjeratan terhadap hal ini berkaitan dalam hal : Pertama, story (cerita). Jika hendak menyampaikan cerita, maka hindarilah cerita – cerita yang menjurus pornografi, seperti cerita orang pacaran, persetubuhan, perselingkuhan, dan lain - lain. Kedua, explanation (penjelasan). Maksudnya penulis ketika menjelaskan hal – hal yang dapat terindikasi pornografi, jangan terlalu vulgar, oleh karenanya dalam hal ini harus mendiskusikan dengan guru – guru  yang lain, dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi siswa. Ketiga, image (gambar). Penulis jangan sampai menampilkan tokoh artis yang terjerat masalah pornografi, skandal, atau yang sering berpenampilan vulgar. Dalam hal ini pula, menyajikan gambar atau kartun, atau bahkan mainan jangan sampai menimbulkan rangsangan seksual, karena ini akan lebih berbahaya. Keempat, symbol (simbol) yang dalam hal ini meliputi simbol, slogan, potongan kalimat, bahasa sindiran jika dirasa mengandung unsur pornografi maka hendaknya ditinggalkan. 

0 comments:

Post a Comment