Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Saturday 17 December 2016

Guru Proporsional Yang Profesional


Seseorang yang sudah terdaftar sebagai seorang guru, maka pada saat itu waktunya telah terbeli oleh sekolah atau negara bagi yang statusnya PNS. Dengan terbelinya waktu tersebut, mau tidak mau segala tenaga dan pikiran harus tercurahkan ke sekolah tempat mengabdi. Namun sayang masih dijumpai pada sebagian guru bahwa sekolah hanya dijadikan sampingan atau istirahat dari berbagai pekerjaan – pekerjaan rumahan, sehingga jasadnya di sekolah namun pikiran melayang di rumah. Jadilah apa yang disampaikan ke murid tidak ada bobotnya sama sekali.

Sebaliknya, sebagian guru bersikap ekstrim dalam bekerja. Seluruh waktunya terfokus untuk kegiatan – kegiatan sekolah seakan – akan tidak ada waktu di rumah. Istri dan anak seolah ditelantarkan dengan dalih memajukan sekolah. Berbagai kepanitian kegiatan sekolah, dia selalu melibatkan diri. Ketua, sekretaris, atau bendahara dalam kepanitiaan selalu namanya muncul. Guru tersebut tidak percaya terhadap guru lain dalam sisi tanggung jawab dengan alasan ketidakmampuan dalam tugas. Hingga semua kegiatan sekolah terfokus padanya. Ia rela siang malam tidur di sekolah untuk memenuhi ambisinya.
Dia seolah – olah lupa bahwa di samping tugas sekolah, ia mempunyai tugas di rumah, salah satunya berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain atau bahkan memberikan pendidikan buat buah hatinya. Sungguh naïfnya  guru yang seperti ini, banyak siswa yang dapat dipintarkan, namun anak sendiri pendidikannya terbengkalai.
Seorang guru yang bijaksana tentu tidak akan memilih kedua model guru di atas. Ia akan bersikap pertengahan. Ketika di sekolah, seluruh pikiran dan tenaganya difokuskan di sekolah. Di sela – sela waktunya di sekolah disibukkan dengan membantu mengatasi permasalahan – permasalahan yang dialami siswa. Karena setiap siswa hakikatnya dia memiliki masalah baik skalanya ringan sampai besar. Guru tersebut mencoba mendiskusikan dengan guru sejawatnya untuk mencari solusi. Kegiatan – kegiatan sekolah dia pun turut andil namun tidak memaksakan diri. Tugas – tugas tambahan seperti perencanaan dan pelaksanaan program dia pun berusaha terlibat namun tidak membebani diri. Seluruh pekerjaan sekolah, ia harus selesaikan di sekolah. Jikalau belum selesai, sesekali ia bisa selesaikan di rumah, itupun dalam kondisi terpaksa. Jadilah ia guru proporsional tapi prefesional.
Termasuk guru yang tidak proporsional dalam menjalankan profesinya adalah mengajar melebihi jam ideal mengajar yaitu 24 – 28 jam perminggu dengan jumlah kelas melebihi 6 kelas. Terlalu banyak jam mengajar berakibat dalam mengevaluasi peserta didik akan banyak hambatan. Tidak hanya itu, pengamatan siswa per siswa akan menjadi lemah, lantaran banyak siswa yang ia harus hadapi. Demikian pula dalam administrasi ataupun dalam membuat karya ilmiah, penulisan, PTK, akhirnya guru kurang waktu.  Sungguh kurang bijak bila seorang guru UNAS mengajar 12 kelas dengan 2 jam tiap kelasnya, alangkah baiknya dicukupkan 6 kelas dengan 4 jam tiap kelasnya, meskipun sama – sama menempuh 24 jam setiap minggunya.

Ini artinya menjadi guru proporsional sangat diperlukan, mengapa ? Karena di rumah ia punya kewajiban, di masyarakatpun ia punya kewajiban. Tanpa proporsional dalam bekerja akan banyak hal yang harus ia tinggalkan. Silahkan pilih!

0 comments:

Post a Comment