Guru Proporsional Yang Profesional
Seseorang yang sudah terdaftar sebagai seorang guru, maka pada saat
itu waktunya telah terbeli oleh sekolah atau negara bagi yang statusnya PNS.
Dengan terbelinya waktu tersebut, mau tidak mau segala tenaga dan pikiran harus
tercurahkan ke sekolah tempat mengabdi. Namun sayang masih dijumpai pada
sebagian guru bahwa sekolah hanya dijadikan sampingan atau istirahat dari
berbagai pekerjaan – pekerjaan rumahan, sehingga jasadnya di sekolah namun
pikiran melayang di rumah. Jadilah apa yang disampaikan ke murid tidak ada
bobotnya sama sekali.
Sebaliknya, sebagian guru bersikap ekstrim dalam bekerja. Seluruh
waktunya terfokus untuk kegiatan – kegiatan sekolah seakan – akan tidak ada
waktu di rumah. Istri dan anak seolah ditelantarkan dengan dalih memajukan
sekolah. Berbagai kepanitian kegiatan sekolah, dia selalu melibatkan diri.
Ketua, sekretaris, atau bendahara dalam kepanitiaan selalu namanya muncul. Guru
tersebut tidak percaya terhadap guru lain dalam sisi tanggung jawab dengan
alasan ketidakmampuan dalam tugas. Hingga semua kegiatan sekolah terfokus
padanya. Ia rela siang malam tidur di sekolah untuk memenuhi ambisinya.
Dia seolah – olah lupa bahwa di samping tugas sekolah, ia mempunyai
tugas di rumah, salah satunya berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain
atau bahkan memberikan pendidikan buat buah hatinya. Sungguh naïfnya guru yang seperti ini, banyak siswa yang
dapat dipintarkan, namun anak sendiri pendidikannya terbengkalai.
Seorang guru yang bijaksana tentu tidak akan memilih kedua model
guru di atas. Ia akan bersikap pertengahan. Ketika di sekolah, seluruh pikiran
dan tenaganya difokuskan di sekolah. Di sela – sela waktunya di sekolah
disibukkan dengan membantu mengatasi permasalahan – permasalahan yang dialami
siswa. Karena setiap siswa hakikatnya dia memiliki masalah baik skalanya ringan
sampai besar. Guru tersebut mencoba mendiskusikan dengan guru sejawatnya untuk
mencari solusi. Kegiatan – kegiatan sekolah dia pun turut andil namun tidak
memaksakan diri. Tugas – tugas tambahan seperti perencanaan dan pelaksanaan
program dia pun berusaha terlibat namun tidak membebani diri. Seluruh pekerjaan
sekolah, ia harus selesaikan di sekolah. Jikalau belum selesai, sesekali ia bisa
selesaikan di rumah, itupun dalam kondisi terpaksa. Jadilah ia guru proporsional
tapi prefesional.
Termasuk guru yang tidak proporsional dalam menjalankan profesinya
adalah mengajar melebihi jam ideal mengajar yaitu 24 – 28 jam perminggu dengan
jumlah kelas melebihi 6 kelas. Terlalu banyak jam mengajar berakibat dalam
mengevaluasi peserta didik akan banyak hambatan. Tidak hanya itu, pengamatan
siswa per siswa akan menjadi lemah, lantaran banyak siswa yang ia harus hadapi.
Demikian pula dalam administrasi ataupun dalam membuat karya ilmiah, penulisan,
PTK, akhirnya guru kurang waktu. Sungguh
kurang bijak bila seorang guru UNAS mengajar 12 kelas dengan 2 jam tiap
kelasnya, alangkah baiknya dicukupkan 6 kelas dengan 4 jam tiap kelasnya,
meskipun sama – sama menempuh 24 jam setiap minggunya.
Ini artinya menjadi guru proporsional sangat diperlukan, mengapa ?
Karena di rumah ia punya kewajiban, di masyarakatpun ia punya kewajiban. Tanpa
proporsional dalam bekerja akan banyak hal yang harus ia tinggalkan. Silahkan
pilih!
0 comments:
Post a Comment