Ketika Anak Malas Menghitung
Sebuah
problema tersendiri bagi seorang guru les manakala menjumpai siswanya yang
mempunyai kebiasaan malas menghitung. Soal – soal yang berkaitan dengan hitung
menghitung seakan menjadi beban di atas kepala siswa. Padahal kebiasaan ini
akan berakibat fatal. Tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan yang
ditempuh, dampak yang dirasakan dari malas menghitung akan semakin berat. Oleh
karenanya seorang guru harus pandai – pandai memberikan solusi secepat mungkin
sehingga tidak berakibat yang lebih serius.
Sebelum
kita berikan solusi dan pencerahan, terlebih dahulu seorang guru les harus
mengetahui sebab – sebab mengapa seorang siswa sampai malas menghitung, padahal
menghitung adalah sesuatu yang menyenangkan, bahkan dalam kehidupan sehari –
hari seorang siswa tidak lepas dari masalah tersebut. Misalnya pengenalan
tentang lebih banyak atau lebih sedikit. Bagaimana mungkin siswa tahu mana yang
lebih banyak dengan tepat dari benda – benda yang diajukan dihadapannya tanpa
siswa mengetahui berapa jumlah benda tersebut. Adapun sebab – sebab siswa malas
menghitung adalah pertama, tidak
hafalnya siswa terhadap perkalian. Ini adalah sebab utama yang menjadikan siswa
malas menghitung. Seharusnya perkalian di luar kepala harus dikuasai siswa
sejak kelas 3 SD, meski itu belum masuk materi pembelajaran. Namun di lapangan
masih dijumpai baru kelas 6 SD, siswa baru hafal perkalian. Itu pun masih
dengan bantuan jari jemari. Bahkan yang lebih parah, pada jenjang SMP atau SMA,
siswa masih belum hafal perkalian. Kedua,
tidak mampu mengoperasikan bilangan bulat negatif. Perlu diketahui bahwa
operasi bilangan bulat negatif akan selalu dipakai hingga jenjang SMA. Ketiga, membiasakan menghitung dengan
menggunakan alat bantu baik HP atau kalkulator. Sebab ketiga ini sebenarnya
adalah implikasi dari malas menghitung. Namun banyak juga dijumpai siswa yang
sudah mampu menghitung dengan baik, masih saja menggunakan alat bantu. Padahal
jika ini dibiarkan, siswa akan malas dan semakin malas. Bukan berarti
menggunakan alat bantu tidak boleh, hal ini boleh, hanya saja seorang guru les
harus jeli kapan siswanya diperbolehkan menggunakan alat bantu kapan tidak.
Bukankah dalam setiap ujian apapun alat bantu hitung tidak diperkenankan. Keempat, budaya instan. Betapa banyak
siswa yang malas menghitung manakala melihat bilangan – bilangan yang terlalu
besar ataupun langkah – langkah yang terlalu panjang, padahal setiap langkah
adalah berlatih menganalisa sesuatu.
Jika
seorang guru les sudah memahami sebab – sebab tersebut, maka hal – hal yang
harus dilakukan oleh seorang guru les adalah pertama, mengajarkan operasi hitung sedini mungkin. Bahkan lebih
cepat, lebih awal, akan lebih baik. Kedua, guru harus sering menguji secara
lisan operasi hitung yang sederhana. Ini bias ditempuh bila masih dijumpai
siswa yang terkendala dalam menghitung. Bahkan ujian secara lisan harus sering
dilakukan, baik sebagai pembuka pelajaran ataupun penutup. Ketiga, memotivasi siswa. Guru les harus mampu menjelaskan akan
dampak negatif dari malas menghitung tersebut, sehingga siswa akan memiliki
rasa takut bila malas menghitung.
0 comments:
Post a Comment