Menolak Siswa Les
Barangkali timbul pertanyaan dalam benak kita, memangnya ada siswa yang
harus kita tolak ? Ya, ada. Bahkan saya katakan “harus” kita tolak, bukan
“sebaiknya” kita tolak. Argumen lain akan muncul seperti bukannya sebaiknya
kita terima, toh mereka ingin belajar pada kita? Sebelum menjawab hal tersebut,
sedikit akan saya uraikan keadaan 2 siswa yang harus kita tolak :
a.
Siswa yang kemampuan akademik kurang dan malas
belajar. Hal ini tidak cukup, masih ditambah siswa tersebut punya aktivitas
yang tidak bermanfaat seperti game
maniak atau terlalu banyak kegiatan sekolah. Setiap waktunya habis untuk main
game. Begitu
juga yang punya kegiatan sekolah bisa pulang sore – sore, sehingga saat
mau les, fisik sudah capek.
Pada
kondisi ini, siswa tersita waktu dan konsentrasi belajar dengan hal tersebut,
akibatnya minat dan motivasi les sangat lemah. Gambaran ketika les, siswa
terasa di otaknya ada beban 2 ton padahal yang kita berikan hanya 2 ons. Ini
tampak sekali terlihat pada saat mau les, harus dipaksa oleh orangtuanya, dan
ketika les tampak ketidak betahan, kejenuhan, atau ketidak tenangan. Hal yang
lebih juah apapun yang kita berikan akan masuk dari telinga kiri dan keluar
dari telinga kiri.
Tentunya
sebuah beban psikologis tersendiri manakala ketika kita datang, si anak tidak
siap les. PR atau tugas yang kita berikan, si anak tidak mempedulikan, bahkan
pelajaran kemarin sudah lupa. Akhirnya setahun les kita lewati, hasilnya nilai
anak terkapar di bawah bantal. Otomatis orangtua enggan untuk menyapa kita, dan
kita pun segan untuk menanyakan hal – hal lain tentang kondisi anak tersebut.
Dengan
demikian, apakah kita bersedia menerima permintaan les ?
b.
Siswa yang mendaftar les waktunya sudah mepet
ujian, kira – kira kurang dari 2 bulan sudah mau tes.
Misal
si A dan B sudah les sama kita lebih dari 6 bulan. Si A dan Si B punya teman
namanya si C. Si C tahu kalau si A dan si B sudah les dari dahulu, dan si C
menunda – nunda lesnya dengan kita. Tiba – tiba nilai try out si C jelek,
kemudian si C minta les kepada kita. Seandainya kita terima si C, kemudian
hasil UN menunjukkan nilai si C lebih bagus dari si A dan si B, maka
kemungkinan yang terjadi adalah :
1).
Si C akan menggampangkan masalah les. Si C akan berpikir praktis, bahwa les
tidak perlu lama, buktinya dia hanya sebulan les namun hasilnya bisa mengungguli
si B dan si A.
2).
Si C bisa jadi akan cerita kepada orang lain, bahwa les tidak perlu lama. Les
yang lama tidak menjamin hasilnya bagus. Akhirnya oranglain ikut – ikutan
membenarkan perkataan si C, sehingga akan mendaftar les dengan waktu mepet.
3).
Si A dab Si B tentu akan kecewa dengan profesionalitas kita dalam memberikan
les. Mosok si C yang hanya les seumuran jagung mampu mengalahkan dirinya,
berarti selama ini guru lesnya ngapain ?
Sebaliknya,
seandainya si C nilainya jelek, maka citra kita di mata orangtua dan oranglain
ikut jelek. Si C yang les hanya seumuran jagung, dianggap oleh masyarakat les
dengan kita sudah lama.
Oleh
karenanya tidak ada manfaat yang signifikan bila kita mengambil si C untuk jadi
murid kita. Belum lagi dengan masuknya si C kita harus menguras energi les yang
lebih besar untuk menyamakan materi dengan si A dan si B
Di
sisi lain, dengan kita menolak si C ternyata ada manfaatnya buat pembelajaran
si C, diantaranya :
1.
Menyadarkan si C bahwa kalau les jangan mepet –
mepet
2.
Agar si C memiliki perhatian bahwa mencari guru
les ternyata tidak mudah
0 comments:
Post a Comment