Tips Sukses UN
Andaikan
seminggu lagi kita menginginkan memetik buah dan berkeinginan makan buah
tersebut, kemudian setelah seminggu, sangat disayangkan manakala buah yang kita
makan belum matang sehingga kualitas rasanya tidak enak. Bahkan sebaliknya,
matang memang buah tersebut, tapi dari segi bentuk warna sudah tidak menarik
lagi, karena ada sebagian anggota buah tersebut terlihat busuk, ini artinya
buah tersebut terlalu matang. Nah, inilah yang dikhawatirkan terjadi pada siswa
kita. Sebuah contoh misalnya, pada saat
minggu – minggu sebelum unas, siswa sibuk mencari les privat, belajar
semalam suntuk, semua buku ludes dikerjakan, namun sayang hasil unas biasa –
biasa saja, ini ibarat buah yang belum matang. Sebaliknya ,pada saat – saat try
out, namanya selalu di papan atas, bahkan selalu merajai nilainya di semua lini
mapel, namun begitu ujian sesungguhnya, justru nilainya tidak semenonjol seperti
yang diharapkan. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah yang salah ? Atau
dimanakah letak kesalahannya ? Tentu saja hal ini disebabkan bahwa siswa
menganggap apa yang sudah diperolehnya di try out sudah dianggap matang. Begitu
juga kasus – kasus belajar sistem semalam suntuk layaknya makan buah karbitan,
maka hasilnya pun tidak seenak buah matang di pohon.
Fenomena
– fenomena di atas pernah dialami oleh bapak /ibu guru yang mengampu mapel unas
atau para tentor di bimbingan belajar. Lalu apakah kejadian – kejadian tersebut
akan dibiarkan berulang begitu saja ? Tidak sukakah kita manakala melihat siswa
dari try out awal ke try out – try out selanjutnya terjadi peningkatan,
kemudian saat Unas laksana “bom waktu” hasilnya meletup luar biasa dengan nilai
yang di luar prediksi gurunya ? Ya, tentu semua di antara kita akan suka.
Pertanyaan
yang muncul adalah bagaimana strategi mematangkan siswa, sehingga hasil unas
sangat membanggakan. Hasil unas di sini tidaklah berarti harus mendapat nilai
tinggi untuk 1 kelas, atau 1 sekolahan, tapi cukuplah bahwa nilai yang dicapai
haruslah sesuai kemampuan dan lebih penting adalah di atas prediksi.
Setidaknya
ada 2 jenis kelompok siswa di sini, yang pertama adalah siswa yang biasa berada
di peringkat atas, yang kedua adalah siswa yang dengan kemampuan rata – rata
tapi menjadi matang pada saaatnya.
Strategi untuk jenis pertama adalah : pertama,
tanamkan bahwa jangan terlalu puas terhadap hasil yang dipeoleh. Kedua , guru memperluas SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) dengan melatih materi – materi yang cukup menantang dan
sulit. Hal ini agar siswa tidak bosan terhadap materi dan soal yang sudah biasa
dilatihkan. Ketiga, latih siswa
membuat soal yang sesuai kisi – kisi. Keempat,
perluas penguasaan jawaban siswa dengan berbagai cara. Misal 1 soal matematika
dapat dikerjakan dengan minimal 3 cara. Kelima,
berlatih penguasaan soal – soal penalaran dan olimpiade yang sesuai SKL, karena
hal ini akan membuat siswa lebih termotivasi dan tidak kaget manakala siswa
menjumpai soal yang diluar perkiraan.
Jenis
kelompok kedua dapat dilakukan dengan strategi : pertama, mencatat rangkuman dan soal yang dirasa sulit, kemudian
diulang – ulang. Kedua, memaksimalkan
mapel yang dapat menopang nilai mapel yang kurang. Misal, jika siswa kurang
nilainya di mapel matematika dan merasa sudah tidak mampu lagi menambah
penguasaan SKL nya maka dia harus memaksimalkan nilai mapel lain yang dikuasai.
Ketiga, mencukupkan dengan mapel yang
telah dikuasai dan memfokuskan mapel yang kurang dikuasai. Misal, jika siswa di
mapel matematika sudah cukup kuat sementara di mapel IPA masih kurang, maka ia
harus memfokuskan di mapel IPA dengan belajar. Keempat, mengoptimalkan tutor sebaya. Kelima, menanamkan kebiasan bertanya kepada guru atau kepada teman
yang pandai.
Demikian
setidaknya beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi siswa, guru, dan
orangtua dengan harapan siswa yang sudah matang akan menjadi lebih matang pada
saatnya.
0 comments:
Post a Comment