Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Sunday, 18 December 2016

Tips Memilih Guru Les Privat Berkelas


Guru les privat yang sesuai dengan keinginan anak akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Meski demikian, guru les yang menyenangkan bukan satu - satunya pilihan dalam memilih guru les.
Pada pos ini perlu kami sampaikan bagaimana tips memilih guru les privat, diantaranya :

1 . Kompeten
     Kompeten atau menguasai apa yang akan disampaikan mutlak diperlukan bagi pengajar les. Mengapa ? Karena ia akan berhadapan dengan siswa yang memiliki karakter pembelajar yang berbeda - beda tiap anak. Jika pengajar les tidak menguasai materi, tentu ia akan kewalahan menyampaikan dengan bahasa yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Jika pengajar les tidak menguasai, maka ia akan kewalahan di dalam membahas soal yang tidak terduga dari siswa.

2. Menyenangkan
    Sudah dikemukakan di atas, guru les yang baik adalah yang menyenangkan di mata siswa. Jika siswa sudah senang dengan guru les, maka ia akan lebih bertahan di dalam belajar. Bagaimana mungkin akan bertambah wawasan pengetahuan siswa, jika gurunya tidak menyenangkan di hati siswanya. Bagaimana siswa akan bertanya jika gurunya tidak menyenangkan.

3. Memiliki sikap humor
Sikap humor ini perlu dimiliki oleh pengajar les, karena sikap humor akan memberikan suasana beku menjadi cair. Meski demikian, sikap humor hanyalah selingan, bukan terus menerus, karena ini akan mengurangi waktu pencapaian kompetensi. 

4. Datang tepat waktu
Guru les yang selalu datang tepat waktu menunjukkan bahwa ia serius menjalani profesinya. Jika pengajar les selalu datang terlambat, menunjukkan yang bersangkutan kurang siap atau malas menyampaikan les. Ini sangat merugikan siswa itu sendiri.

5. Jam Terbang
Tentu saja, semakin lama menjadi guru les, maka ia lebih menguasasi medan. Mengapa ? Karena materi yang disampaikan merupakan materi ulangan dari sebelum - sebelumnya. Hal ini menjadikan ia fasih menyampaikan materi.

6. Diutamakan ia adalah pengajar / guru di sekolah.
Memilih guru les yang sekaligus jadi guru di sekolah, ia tentu lebih memahami psikologis siswa. Dengan pemahaman psikologis yang baik, ia akan menjiwai penyampaian materi sehingga siswa lebih mudah menangkap dan menyerap materi yang disampaikan.

Semoga bermanfaat.

Belajar di waktu Final Sepakbola Indonesia vs Thailand


Menjadwalkan les saat final sepakbola memang tidak menguntungkan. Mengapa, karena bagi siswa yang hobi nonton bola, hal ini menjadi masalah. Konsentrasi saat les akan terganggu. Oleh karenanya perlu menjadwalkan les yang tidak berbenturan jadwal Final sepakbola Indonesia. Semisal pertandingan Indonesia vs Thailand.

Oleh karenanya, pilihlah jadwal waktu les, sebelum final, dan setengah jam sebelumnya harus sudah selesai.

Anda akan kebingungan manakala jadwal lesnya berbenturan dengan jadwal final/semifinal Indonesia yaitu banyak siswa akan ijin tidak berangkat apapun alasannya.

Semoga bermanfaat.

Sistem Pembayaran Les (2)


Pembayaran les dapat dilakukan setelah pertemuan selesai atau sebelumnya. Masing - masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Ketika pembayaran dilakukan sebelum les, ada kalanya sebagian orangtua memilih mengundurkan diri dari les padahal sudah mendaftar, kelebihannya jadwal siswa les sudah dapat ditentukan.

Bila pembayaran les setelah les berjalan, kelemahannya adalah pengajar les harus bisa menyiapkan daftar rekapan kehadiran siswa les secara jelas dan transparan, serta siswa akan berangkat seenaknya, karena jadwal les bisa berubah dan kehadirannya tidak menentu. Kelebihannya adalah orangtua siswa les tidak begitu keberatan mengikutkan anak les. Meski demikian, kami menyarankan bentuk lesnya terlbih dahulu.

Jika lesnya privat ( yaitu berjumlah 1 sampai 4 siswa) sebaiknya pembayaran les dilakukan setelah les berjalan 4 kali. Kenapa 4 kali, karena 4 kali itu artinya bisa tiap 2 minggu jika les seminggu sekali atau sebulan sekali bagi yang les seminggu sekali. Ini artinya memberikan nafas untuk membayar les bagi orangtua yang mengalami kendala finansial.

Adapun jika lesnya semiprivat ( 5 - 10 siswa), maka sebaiknya pembayaran dilakukan 1 semester sekali di awal sebelum masuk les. Tujuannya adalah mengikat. Namun, perlu dicatat, bahwa pembayaran les, sebaiknya murah. 

Semoga bermanfaat.

Saturday, 17 December 2016

Darma Bakti Guru




Meminjam salah satu potongan ayat dalam Q.S Yusuf ayat 108 :“Qul haadzihii sabiilii ...” yang artinya “Katakanlah inilah jalanku ...”. Ya, kita katakan kepada orang lain bahwa guru adalah jalanku dan jalan  hidupku. Seharusnya, oranglain mengatakan kepada kita, bahwa kita adalah seorang guru, meski kita tidak pernah mengatakannya. Mengapa ? Karena darah dan jiwa sesosok guru sudah terpatri. Jiwa yang siap mengabdi dan melayani untuk kepentingan orang lain. Jiwa yang sabar dan terasah atas keluhan muridnya hingga keluarlah jiwa kesabaran di tengah masyarakat.  Mereka melihat kita sosok yang siap untuk diteladani dan dijadikan panutan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda :“Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, engkau memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah, engkau menuntun orang yang berpenglihatan kabur juga sedekah, menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah.” (HR. At-Tirmizi no. 1956 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 517).
Perhatikanlah dan baca terus berulang hadist di atas. Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, inilah penggalan pertama hadist di atas.  Senyum adalah hal sepele. Hal yang dianggap bukan hal yang besar tetapi justru dinilai sedekah. Senyum kepada siswa tidaklah mengurangi kewibawaan. Jika demikian mudahnya dan sepelenya, lalu mengapa betapa sulitnya mendapatkan guru yang bermuka berseri – seri dan betapa sulitnya mendapatkan guru yang selalu bersenyum. Mengapa masih banyak dijumpai guru yang bermuka masam, bermuka bengis bak algojo, padahal siswa menginginkan kedekatan, siswa menginginkan care.
Pada penggalan ketiga hadist di atas, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah,maka bagaimana halnya dengan seorang guru yang mencurahkan waktu dan ilmunya untuk menunjuki para siswanya ke jalan yang lurus. Betapa cerdasnya siswa, mesti ia memiliki kebingungan dalam menentukan jalan hidupnya. Bisa jadi karena umurnya masih terpaut jauh dengan gurunya, sehingga pengalaman hidup tergolong pendek, lantas ia bertanya kepada gurunya perihal apa yang harus ia lakukan dalam menghadapi masa depan. Langkah – langkah apa yang harus disiapkan oleh seorang siswa dalam mengarungi lautan kehidupan, guru sebagai garda terdepan dalam membekali hal – hal yang postif, agar anak didiknya tidak tersesat.
Di sekolah, kita jumpai beraneka problem yang dimiliki siswa. Dari masalah belajar, bergaul, pacaran, bertingkah laku, bertutur kata, masalah keluarga, dan segudang masalah yang membelenggu siswa. Bukankah kita mengajak siswa yang bermasalah tadi kepada kebaikan dan melarang keburukan termasuk sedekah ? Sebagaimana penggalan kedua hadist di atas, ‘engkau memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah’. Ya, dinilai sedekah meski hanya menegur sekali dua kali. Lalu bagaimana halnya bila seorang guru melakukan secara terus menerus, kontinu, penuh kesabaran, keikhlasan, hingga anak didiknya lulus dari bangku sekolah. Tentu usaha sebanding nilai sedekah.
Bila menuntun orang yang berpenglihatan kabur adalah sedekah, maka bagaimana halnya dengan seorang guru yang membimbing dan menuntut siswanya yang tergolong memiliki kemampuan rendah dalam berpikir untuk diajari membaca, menulis, dan berhitung. Tentu akan mendapat pahala sedekah pula. Membimbing siswa dari zero to hero tentu lebih besar lagi pahala sedekahnya.  Bila menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan merupakan sedekah, maka bagaimana halnya dengan seorang guru yang menyingkirkan permasalahan yang dihadapi siswanya, memberikan solusi dan pencerahan atas beban pikiran yang ditanggung siswa. Bisa jadi ini lebih bernilai sedekah.
Tidak dipungkiri menolong orang lain merupakan perbuatan baik. Bila demikian halnya, maka mengapa teramat sedikit guru yang bersedia membantu atau meminjami uang untuk pembayaran SPP anak didiknya padahal nilainya tidak seberapa. Tidakkah kita merenungi hadist di atas “... dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah”. Bila demikian termasuk sedekah, maka termasuk sedekah pula seorang guru yang ikhlas membantu temannya yang sedang tertimpa musibah dengan sedikit sumbangan.
Ya demikianlah pahala sedekah yang bisa dilakukan oleh seorang guru yang dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Di katakan pahlawan karena dengan jiwa pengabdian dan keihlasan tanpa menginginkan pujian dari siapapun, ia telah menyedekahkan umurnya, perkataannya, dan tingkah lakunya sebagai teladan di mata anak didiknya dan di masyarakat pada umumnya. Tanpa tanda jasa dikarena tidak ada balasan yang teristimewa dari pihak manapun. Justru tidak pantas seorang guru yang sudah mengikrarkan dirinya menjadi sosok guru untuk minta pujian terlebih jasa dari orang lain atas jerih payah yang dilakukan.
Alangkah mulianya bila seorang guru mengajarkan kebaikan berupa kasih sayang, kelemah lembutan, kejujuran, keihlasan, tutur kata yang baik, dan perilaku kebaikan yang lain, kemudian kebaikan itu dicontoh. Pedoman seorang guru dalam mengajarkan kasih sayang adalah orang lain akan menyayangi kita, sebagaimana ada dalam sebuah hadist yang maknanya bila kita menyayangi semua mahkluk yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit menyayangi kita. Bila sifat kasih sayang ini kita lakukan pada hewan dan tumbuhan, maka bagaimana lagi dengan manusia.
Seorang guru mengajarkan dan mendidik siswanya dengan kelemahlembutan (Al – liin) , maka demikianlah asalnya. Sejelek apapun perilaku siswa, tetaplah harus dilayani dengan kelembutan. Siswa bukanlah pekerja yang penuh dengan bentakan si majikan. Tapi siswa adalah mesin hidup yang punya hati nurani. Jika kita menginginkan siswa dapat berbahasa jawa krama (salah satu terhalus dalam bahasa jawa), maka kita mulai dahulu dengan berbahasa jawa krama dengan murid kita.