Seseorang tatkala hendak berperang, maka harus memiliki bekal
persenjataan yang cukup. Dengan senjata yang dipunyai dan diimbangi dengan
kelihaian mengolah senjata dan kecermatan mengenali musuh, maka akan lebih
mudah dalam memenangkan pertempuran.
Hal ini tidak jauh beda tatkala seseorang mau mengajar les privat. Kita
semua menginginkan agar les privat yang dijalani dapat memberikan manfaat
seperti yang kita inginkan, bahkan bisa memberikan manfaat yang lebih, yang
tidak kita duga – duga sebelumnya, atau manfaat yang sangat mendalam. Oleh
karenanya, setidaknya guru les privat harus mengetahui dan memahami senjata apa
saja yang harus dimiliki agar les privat tersebut dapat bermanfaat :
a.
Kompeten dalam bidangnya
Tidak diragukan
lagi bahwa, seseorang tatkala mau mengajar maka ia harus kompeten di dalam apa
yang akan disampaikan. Ia harus memahami betul terkait materi yang akan disampaikan.
Menguasai variasi – variasi soal mutlak diperlukan agar kita dapat lincah
mengkombinasikan soal – soal yang rumit. Dalam pengertian ini tidaklah mesti
bahwa guru les harus mengerti 100 % tentang seluruh materi, akan tetapi
terhadap bahan ajar yang kita berikan ke siswa, kita harus menguasai betul. Ini
beralasan karena bila kita tidak menguasai materi, maka bisa jadi siswa akan
bertanya tentang materi tersebut, atau siswa meminta kejelasan, sehingga
apabila kita tidak mampu menjelaskan dengan baik, maka siswa akan memandang
kita dengan pandangan negatif. Bahkan yang lebih parah, akan menjadi bahan
ceritaan di antara teman – temannya dan ini sungguh – sungguh telah terjadi.
Terus alat ukur
apa yang ideal untuk mengukur kompetensi di dalam mengajar les ? Saya
berpendapat bahwa cukuplah soal – soal UN sebagai standarisasi kelulusan, kita
menguasai betul. Ini artinya, kalau kita mengajar materi SD, maka soal UN SD
harus kita mampu mengerjakan. Begitu seterusnya hingga SMA. Bila kita akan
mengajar siswa untuk persiapan masuk PTN, maka haruslah kita menguasai soal –
soal masuk PTN tersebut.
Sebuah harga diri
tentunya, manakala kita tidak bisa menjawab soal – soal yang ditanyakan oleh
siswa les kita. Misal, dari 10 soal PR sekolah yang diberikan oleh siswa kita,
maka akan sangat malu bila kita tidak bisa mengerjakannya. Hal ini tidaklah
berlaku bila soal – soal memang relatif rumit.
Dalam penguasaan
materi, sebaiknya kita juga harus mengetahui materi prasyarat. Karena kurikulum
kita termasuk kurikulum spiral. Bahwa apa yang dipelajari saat ini, materi
tersebut dapat dikonstruksi dari pengetahuan awal ataupun membutuhkan materi
prasyarat. Misalnya, seorang siswa yang belum bisa memfaktorkan persamaan
kuadrat, maka kita harus mengetahui dulu apakah siswa tersebut dapat
mengoperasikan perkalian dan penjumlahan aljabar.
Penguasaan materi
yang cukup memudahkan kita untuk mengkreasi soal – soal, menyederhanakan
langkah penyelesaian, memudahkan dalam menyampaikan dengan alur, yang berakibat
siswa akan paham.
Sering kita jumpai
di sekolah misalnya, dalam satu kelas terdapat 2 guru untuk mapel Kimia, tetapi
dari 2 guru tersebut, di mata siswa ada yang terasa ringan untuk dipahami
padahal materi itu termasuk materi yang berat. Mengapa bisa demikian ? Karena
salah satu gurunya lebih kompeten dalam bidangnya. Begitu juga di tempat les
demikian, karena terkadang ada siswa yang les 1 mapel dengan 2 guru.
Meski ini tidak
melazimkan bahwa setiap orang kompeten, maka akan semakin mudah diterima. Oleh
karenanya, perlu senjata yang kedua atau yang ketiga.
b.
Penguasaan metode
Metode mengajar
dalam les memang terbatas. Di tempat les tentu saja, seorang guru tidak bisa
membawa alat peraga atau melakukan eksperimen sebagaimana di sekolah. Metode di
sini adalah mencakup kelihaian meramu materi dan menyampaikan, semakin fasih
dalam penguasaan bahasa, maka kosakata yang dapat diterima siswa dapat beragam
yang berakibat siswa akan semakin jelas dengan penjelasan gurunya.
Termasuk
penguasaan metode ini adalah kemampuan guru mengemas materi yang sulit, tapi
dapat terasa ringan oleh siswa, dan ini sangat mungkin. Seorang siswa les
merasa tidak bisa matematika dari SMP hingga SMA kelas XI, ternyata setelah di
les guru A di kelas XII, matematika dapat dikuasainya dengan baik. Tentu saja
ini sangat menggembirakan dan memberikan motivasi tersendiri buat siswa.
Ketika seorang
guru les ingin menginginkan siswanya dapat mengingat sebuah hafalan, adakalanya
guru mengembangkan dengan metode misalnya jembatan keledai, atau mengatur
dengan pola – pola tertentu, sehingga siswa akan mudah mengingat. Inilah yang
menjadi nilai jual di bimbingan – bimbingan belajar.
Bisa jadi seorang
guru les yang hanya memiliki ilmu sedikit tentang materi tertentu, akan tetapi
ia pandai membawakan, seakan – akan di mata siswa, guru les tersebut memiliki
ilmu yang sangat luas.
c.
Memahami siapa yang akan diles
Kepada siapa
materi les akan diberikan, tentu saja kita harus mengetahui sejauhmana kemapuan
siswanya. Siswa les yang berasal dari sekolah favorit tentu kapasitasnya secara
umum akan berbeda dengan siswa yang berasal dari sekolah yang tidak dipandang
mata oleh masyarakat. Bahkan dalam 1 sekolah pun kemampuan siswa bisa beragam.
Oleh karenanya seorang guru les harus mengetahui setidak – tidaknya latar
belakang siswa les tersebut.
Termasuk mengatahui
siapa yang akan diles adalah memahami dengan betul kelebihan dan kurangan
kemampuan kognitif anak. Ada siswa yang kuat menghafal tetapi lemah dalam
penalaran, ada yang cepat memahami materi tetapi mudah lupa, ada yang lambat dalam
memahami akan tetapi tidak cepat lupa, ada yang kemampuan menganalisis bagus akan
tetapi malas dalam mencatat, begitu seterusnya. Kelebihan dan kekurangan siswa
ini dapat kita ketahui dari wawancara dengan orangtuanya atau pada saat
pembelajaran berlangsung.
Semakin tinggi penguasaan senjata tersebut, maka
akan dapat dengan mudah kita menyampaikan materi, sehingga manfaat bagi siswa
les dapat sesegera mungkin dirasakan.