Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Thursday, 2 January 2014

Konflik Dengan Siswa Les


Berinteraksi dengan siswa les atau orangtuanya tidaklah semulus yang dibayangkan. Ada kalanya mengalami rintangan – rintangan atau semulus apapun terkadang menyisakan sedikit persolan yang kemudian akan menjadi konflik. Berikut ini akan diberikan ilustrasi yang menggambarkan konflik – konflik dengan siswa les atau oragtuanya :
a.    Si A telah les beberapa kali, akan tetapi karena keteledoran guru les, si A tidak diabsen, akibatnya setelah beberapa kali pertemuan tibalah waktu penagihan les, ternyata terjadi perbedaan pengklaiman kehadiran, orangtua si A mengklaim hadir 4 x pertemuan tetapi guru les mengklaim sudah 6 x pertemuan. Guru les tidak bisa menunjukkan bukti fisik kehadiran, kemudian dia menggunakan bukti catatan harian anak. Meskipun demikian, ortu si A tidak menghiraukan dan tetap pada keyakinannya. Selanjutnya, orangtua si A memutuskan tidak melanjutkan les lagi.
Solusi :
Hendaknya guru les memahami terlebih dahulu karakteristik orangtua dalam pembayaran les, adakalanya orangtua ada yang pelit dalam membayar, ada yang tidak. Guru les pun harus mengadministrasi pembayaran sebaik mungkin. Jika pembayaran dilakukan di akhir pertemuan keempat, maka pada pertemuan ke – 3, siswa les harus diingatkan bahwa besok pada pertemuan ke – 4, siswa harus membayar. Umumnya cara seperti ini efektif. Jika sudah terlanjur tidak diabsen, kemudian terjadi perbedaan pengklaiman kehadiran, sebaiknya guru les mengalah, hal ini lebih baik.
b.   Si B les bersama – sama 2 temannya yang kebetulan masih menjadi tetangga di rumah guru lesnya. Si B memiliki kepribadian temperamen (pemarah), mudah menyerah, sulit diatur, ditambah lagi kemampuan akademik kurang. Si B ini sering enggan mencatat dan kebiasaan suka cerita karena kedua temannya adalah teman main. Dengan kebiasanaan mengobrol tersebut, akhirnya selalu mengganggu konsentrasi belajar. Tidak hanya itu, si B tidak mau mengerjakan latihan – latihan soal yang diberikan oleh guru lesnya. Awalnya guru les sabar dan dengan tenangnya menegur dan menasehati si B, akan tetapi tiba – tiba meletuplah emosional guru les dengan menggebrak meja, yang mengakibatkan si B kaget. Kedua temannya pun ikut – ikutan kaget mendengar gebrakan meja tersebut. Ternyata tanpa guru les sadari, berita itu menjadi perbincangan siswa les, hingga terdengar oleh ortu si B. Akibatnya yang tadinya ortu si B menegur sejak saat itu sudah tidak pernah menegur lagi, meskipun si B tetap les.
Solusi :
Jika guru les menghadapi siswa demikian, maka sebaiknya siswa dipanggil kemudian dijelaskan dan diberi motivasi. Ketika sudah berulangkali diingatkan tidak ada perubahan, maka sebaiknya guru les bertemu dengan orangtua untuk menjelaskan perilaku siswa di tempat les. Sebab tidak setiap orangtua paham dan mengerti apa yang dilakukan di tempat les. Selanjutnya, jika tidak ada perubahan atau itikad baik untuk berubah, maka sebaiknya siswa les tersebut harus ditinggalkan, sepanjang guru les merefleksi untuk memperbaiki metode mengajar anak les yang memiliki tipe temperamen.
c.    Si C ingin mendaftar les privat karena mendengar kabar dari teman – temannya bahwa guru les Mr.Z sangat gigih mengajar yang banyak alumni siswa lesnya mendapat nilai bagus. Terobsesi hal tersebut, Si C melabuhkan keinginannya untuk les di Mr. Z. Perasaan bahwa jikalau di les di Mr. Z akan mendapat nilai bagus, menjadikan si C justru santai dan bermalas – malasan belajar. Tidak hanya itu, PR sekolah tidak dikerjakan, karena yang penting hasil akhir. Obsesi nilai tinggi pun selalu ia dengungkan kepada orangtuanya. Si C juga ketika les, punya kebiasaan ngobrol yang kebablasan. Akhirnya setelah pengumuman UN, nilai si C amat sangat jauh dari harapan. Kecewalah si C dan ortunya. Akibatnya, komunikasi antara ortu C dengan Mr. Z berkurang.
Solusi :
Begitu guru les mengetahui nilai si C jelek, sebaiknya sesegera mungkin, guru les menemui orangtua si C dan menjelaskan apa saja yang dilakukan si C di tempat les. Selanjutnya, guru les mengatakan bahwa itulah nilai yang terbaik yang bisa si C dapatkan. Selanjutnya guru les meminta kepada ortu si C, di kelas selanjutnya hendaknya ada perubahan yang terjadi.
Tindakan preventif yang dapat dilakukan seorang guru les, bila mendapatkan si C, adalah dengan mengestimasi nilai UN berdasar nilai – nilai try out yang didapatkan pada sebulan sebelum UN. Misalnya jika nilai mapel yang kita les dari beberapa try out mendapatkan nilai 3,4,3,5 dapatlah kita katakan bahwa perkiraan nilai UN sekitar 4. Meskipun besok nilai UN nya jauh lebih tinggi, akan tetapi setidaknya dapat mengerti bahwa kemampuan anak demikian. Jangan sampai estimasi terhadap nilai UN si anak, ortu berlebihan demikian juga si anak.
d.   Si D begitu aktif dengan kegiatan ekstra sekolah, pulang biasa sore, sehingga terkadang menabrak waktu les. Jika seminggu les sebanyak 2 kali, dia hadir les hanya sekali rutinnya, terkadang tidak hadir. Yang lebih parah, manakala guru lesnya datang, si D sering mengganti jadwal sesuai kehendaknya. Dengan terpaksa, guru les menuruti perubahan jadwal si D. Hal ini terjadi berulangkali. Suatu saat guru les tidak memenuhi jadwal yang disepakati karena alasan ingin memberi pelajaran si D. Yang terjadi justru si D melaporkan dan membuat opini negatif pada orangtuanya, bahwa guru les tidak konsisten jadwal. Kemudian les tidak dilanjutkan lagi.
Solusi :
Sebaiknya guru les segera mengklarifikasi kejadian yang sebenarnya kepada ortu si D tidak di depan si D. Dengan penjelasan tersebut, image guru les masih terpandang baik.
Pada tindakan preventif, guru les sebaiknya mengurangi jadwal les dari 2 kali menjadi sekali dalam seminggu. Jika siswa sering sekali merubah – rubah jadwal seenaknya, maka jangan dituruti. Sesekali tidak masalah. Kemudian buat kesepakatan lagi jadwal yang tepat untuk si anak, akan tetapi ada kecenderungan, jadwal berubah apapun masih tetap akan terganti – ganti karena kesibukan si anak. Oleh karenanya buat ketegasan, jika sebanyak 3 kali berturut – turut si anak tidak berangkat, maka les dihentikan.
e.   Si E sudah les privat lama, selama sepanjang waktu les, si E mendapat keringanan biaya les karena pandai. Pembayaran pun bulanan, artinya pembayaran tidak dilakukan dengan menghitung berapa kali dia datang. Meski tidak full hadir, konsekuensinya adalah dia harus membayar perbulan, sesuai kesepakatan awal. Si E sudah 2 bulan tidak membayar, kemudian memasuki bulan ke tiga, kehadiran si E sangat jarang, Begitu pas datang, si E ditagih membayar. Pas hari les tiba, si E berangkat, tapi belum membayar. Begitu beberapa kali terjadi, hingga Si E akhirnya membayar, yang harusnya membayar sebanyak 4 bulan, namun hanya membayar 1 bulan. Akhirnya Si E tidak melanjutkan lesnya lagi, padahal les sudah terhitung lama.
Solusi :
Pada kasus si E, guru les sebaiknya menemui orangtua si E, mengkalrifikasi dengan tanpa niat untuk meminta keurangan pembayaran. Karena si E sudah lama lesnya, maka berikan pujian – pujian dan ucapan terimakasih atas kepercayaan selama ini.
Tindakan preventif yang dapat ditempuh adalah pembayaran les jangan sampai telat dan ini perlu disampaikan sejak awal les.

Permasalahan – permasalahan di atas hanyalah ilustrasi dari sebagian konflik guru les yang biasa dialami. Secara umum, konflik lebih ke sisi kekurangtepatan waktu dalam pembayaran yang berakibat menimbulkan gesekan – gesekan. Adapun solusi – solusi yang diberikan hanyalah stimulus dan setiap guru les dapat mengembangkan atau menyesuaikan sesuai dengan keadaan yang dihadapinya. 

Ketika Tulisan Siswa Tidak Terbaca


Tulisan tidak terbaca dalam bab ini memiliki makna sebagai berikut :
a.       Siswa menulis selalu terlambat dibanding siswa lain seusianya, sekalipun tulisannya bagus
b.      Tulisan siswa jelek dan tidak terbaca
Menulis dalam proses pembelajaran sangatlah penting, bahkan sepenting – pentingnya pembelajaran. Karena tulisan diibaratkan anak panah atau jaring yang akan digunakan menangkap buruan. Misalnya kita hendak berburu rusa di hutan, tiba – tiba rusa ada di hadapan kita, bila tidak kita tangkap rusa tersebut dengan anak panah atau jaring, maka bagaimanakah kita bisa mendapatkan rusa tersebut ?
Guru les yang baik, hendaknya memperhatikan masalah tulisan siswa. Misalnya ketika kita sudah menulis di papan tulis, jangan sampai membiarkan siswa tersebut hanya melihat dan membaca tulisan kita, tanpa dia mau menyalin di buku catatannya. Tidak hanya itu, kita juga sebaiknya meminta siswa mengorganisasikan tulisan tersebut di buku catatan khusus bila kita memberikan soal dan jawaban yang unik, relatif luar biasa, ataupun soal yang rumit. Karena untuk soal yang rumit tanpa tulisan yang rapi dan terorganisir dengan baik, maka mustahil siswa akan ingat cara menjawab soal yang kita berikan.
Jangan pula membiarkan siswa menulis di lembaran – lembaran kertas yang ujung – ujungnya nanti lembaran kertas tersebut hilang di makan api. Bilamana kita memperkirakan bahwa ketika soal itu rumit dan membutuhkan jawaban yang panjang kemudian jika siswa menyalin membutuhkan waktu yang relatif lama, maka sebaiknya kita sudah mengetik itu atau menulis tangan kemudian kita bagikan ke siswa. Hal ini dapat menghemat waktu les.
Jika kita dapati siswa tersebut malas mencatat, terlalu lama mencatat, atau tulisan jelek maka kita mengupayakan agar terjadi peningkatan. Caranya adalah memberikan PR mencatat kepada siswa dengan mengetahui orangtua. Kita perlu memberi pengertian akan pentingnya mencatat. Kemudian kita bawa masalah tersebut kepada orangtuanya, agar memberi perhatian khusus dalam mencatat. Latihan – latihan mencatat itu terus kita berikan hingga si anak lancer dalam mencatat, tulisan bagus, dan tidak malas dalam mencatat.

Perlu diperhatikan bahwa tulisan yang cepat lagi baik sangat membantu kesuksesan belajar siswa dalam les. 

Ketika Anak Malas Menghitung


Sebuah problema tersendiri bagi seorang guru les manakala menjumpai siswanya yang mempunyai kebiasaan malas menghitung. Soal – soal yang berkaitan dengan hitung menghitung seakan menjadi beban di atas kepala siswa. Padahal kebiasaan ini akan berakibat fatal. Tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, dampak yang dirasakan dari malas menghitung akan semakin berat. Oleh karenanya seorang guru harus pandai – pandai memberikan solusi secepat mungkin sehingga tidak berakibat yang lebih serius.
Sebelum kita berikan solusi dan pencerahan, terlebih dahulu seorang guru les harus mengetahui sebab – sebab mengapa seorang siswa sampai malas menghitung, padahal menghitung adalah sesuatu yang menyenangkan, bahkan dalam kehidupan sehari – hari seorang siswa tidak lepas dari masalah tersebut. Misalnya pengenalan tentang lebih banyak atau lebih sedikit. Bagaimana mungkin siswa tahu mana yang lebih banyak dengan tepat dari benda – benda yang diajukan dihadapannya tanpa siswa mengetahui berapa jumlah benda tersebut. Adapun sebab – sebab siswa malas menghitung adalah pertama, tidak hafalnya siswa terhadap perkalian. Ini adalah sebab utama yang menjadikan siswa malas menghitung. Seharusnya perkalian di luar kepala harus dikuasai siswa sejak kelas 3 SD, meski itu belum masuk materi pembelajaran. Namun di lapangan masih dijumpai baru kelas 6 SD, siswa baru hafal perkalian. Itu pun masih dengan bantuan jari jemari. Bahkan yang lebih parah, pada jenjang SMP atau SMA, siswa masih belum hafal perkalian. Kedua, tidak mampu mengoperasikan bilangan bulat negatif. Perlu diketahui bahwa operasi bilangan bulat negatif akan selalu dipakai hingga jenjang SMA. Ketiga, membiasakan menghitung dengan menggunakan alat bantu baik HP atau kalkulator. Sebab ketiga ini sebenarnya adalah implikasi dari malas menghitung. Namun banyak juga dijumpai siswa yang sudah mampu menghitung dengan baik, masih saja menggunakan alat bantu. Padahal jika ini dibiarkan, siswa akan malas dan semakin malas. Bukan berarti menggunakan alat bantu tidak boleh, hal ini boleh, hanya saja seorang guru les harus jeli kapan siswanya diperbolehkan menggunakan alat bantu kapan tidak. Bukankah dalam setiap ujian apapun alat bantu hitung tidak diperkenankan. Keempat, budaya instan. Betapa banyak siswa yang malas menghitung manakala melihat bilangan – bilangan yang terlalu besar ataupun langkah – langkah yang terlalu panjang, padahal setiap langkah adalah berlatih menganalisa sesuatu.

Jika seorang guru les sudah memahami sebab – sebab tersebut, maka hal – hal yang harus dilakukan oleh seorang guru les adalah pertama, mengajarkan operasi hitung sedini mungkin. Bahkan lebih cepat, lebih awal, akan  lebih baik. Kedua, guru harus sering menguji secara lisan operasi hitung yang sederhana. Ini bias ditempuh bila masih dijumpai siswa yang terkendala dalam menghitung. Bahkan ujian secara lisan harus sering dilakukan, baik sebagai pembuka pelajaran ataupun penutup. Ketiga, memotivasi siswa. Guru les harus mampu menjelaskan akan dampak negatif dari malas menghitung tersebut, sehingga siswa akan memiliki rasa takut bila malas menghitung.

Sepuluh Kesabaran Menghadapi Siswa Les


Sabar di sini dapat diartikan menahan diri dari keluh kesah. Sabar menghadapi siswa les dapat diartikan sabar menghadapi gangguang atau sesuatu yang tidak menyenangkan yang kita dapatkan dari siswa les. Gangguan atau ketidakmenyenangkan ini beragam kadarnya dan bentuknya. Dalam prakteknya ternyata banyak sekali hal – hal yang membutuhkan kita untuk bersabar.
                Berikut ini beberapa contoh perilaku siswa yang membutuhkan kesabaran, diantaranya :
a.       Kemampuan akademik kurang
Tidak setiap siswa yang kita les memiliki kemampuan akademik tinggi atau sedang. Justru malah banyak kita jumpai, siswa les yang memiliki kemampuan akademik rendah. Ini logis lantaran dipilihnya les privat karena si anak tidak bisa mengikuti pelajaran yang kelasnya besar. Oleh karenanya dengan anggapan bahwa si anak akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik bila di les privatkan.
Suatu kenyataan yang saya alami, saya pernah mendapat siswa A yang lemah sekali dalam perhitungan. Terus datang lagi, yang mendaftar siswa B, yang ternyata kemampuan di B lebih parah dari si A. Saya menganggap waktu itu tidak akan ada yang lebih parah dari si B. Seiring berjalannya waktu, si C mendaftar les, ternyata kemapuan sangat parah dan lebih parah dibanding dengan si B. begitu seterusnya, hingga kita akan mendapatkan ujian berupa siswa yang kemampuannya amat sangat sangat terbatas.
                Terbatasnya kemampuan siswa – siswa tersebut dapat kita ketahui dengan kemampuan menangkap materi pelajaran yang terbatas. Mudah lupa, malas mengerjakan soal, dan seabrek perkara – perkara lain yang membuat kita harus berhati luas.
Berhadapan dengan siswa A, B, C, D, atau E tentunya menjadikan kita lebih sabar. Adanya siswa – siswa tersebut, menjadikan kita lebih belajar lagi meningkatkan dari sisi metode mengajar les. Mau tidak mau demikian yang harus kita lakukan. Kita jangan pernah bermimpi untuk memberikan siswa les dengan kemampuan sedang atau tinggi, karena umumnya mereka enggan les privat, seandainya mereka les, mereka akan les di bimbel. Jadi itulah tantangan manakala kita mendapatkann siswa yang kemampuannya kurang.
b.      Belum siap ketika datang
Si A sudah janjian sebelumnya dengan kita untuk les jam 16.00, begitu kita sampai di rumahnya si A tidak ada di rumah. Ibunya meminta kita untuk menunggu. Jadwal les si B jam 16.30, ketika kita sudah sampai di rumahnya, si B lagi baru saja tidur dan ibunya kesulitan membangunkan. Begitu sampai di rumah C untuk les, ternyata si C lupa jadwalnya, dan belum mandi atau makan. Terpaksa kita menunggu si C untuk makan atau mandi. Di rumah si D, saat kita datang untuk ngeles, ternyata si D lagi main layang – layang di lapangan. Orangtuanya sibuk mencari si D, selama 20 menit kita menunggu si D untuk mandi dan siap les. Ini adalah sekadar cuplikan ketidaksiapan siswa untuk mengikuti les. Maklum rasanya jika itu terjadi hanya sesekali, tapi bagaimana jika itu terjadi berulang kali.
Baiklah jika nasehat itu kita berikan terus kepada masing – masing anak untuk siap les, tapi bagaimana perasaan Anda tatkala mereka lakukan secara berulang. Jika les Anda hanya 1 jam 15 menit  misalnya, kemudian siswa Anda harus ditunggu untuk siap les selama 30 menit, maka waktu tersisa hanyalah 45 menit. Pertanyaan yang muncul, apakah Anda tetap memberikan les hanya waktu 45 menit ataukah tetap 75 menit ?
Jikalau kita tidak sabar menghadapi siswa dengan kelakuan seperti itu, maka yang terjadi adalah salah satu diantara kita, pasti akan menghentikan les. Jika les dihentikan berarti kita tidak sabar, dan ruginya kita akan kehilangan siswa les.
c.       Tidak mengerjakan tugas
Adakalanya kita memberikan tugas/PR kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mau mengulang materi yang kita berikan dan mau latihan. Namun sejauh ini, masih terasa sulit bilamana tugas itu terselesaikan oleh siswa. Puluhan alasan akan diberikan oleh siswa les, seperti banyak tugas sekolah, tidak sempat, lupa, dan lain –lain. Sejatinya mereka malas, lha wong seandainya dia ada tugas dari sekolah, dia menginginkan kita yang mengerjakan, kok malah kita ngasih tugas …yang benar saja ! Begitulah realitanya.
 Yang menjadi persoalan di sini adalah bukanlah pada siswa les yang sudah kompeten, namun pada siswa yang kita pandang perlu dan penting untuk diberikan tugas tersebut dari sisi manfaat. Kadang kita memberikan tugas untuk membaca materi prasyarat.
Terus terang, hati kita akan sedih manakalah sekali dua kali tiga kali siswa tidak mengerjakan tugas, tapi tetaplah bersabar. Oleh karenanya di akhir pertemuan les, kita tanya untuk buat komitmen bersama, apakah perlu diberikan tugas atau tidak ? Jika siswa menjawab perlu, kita tanya lagi apakah siap mengerjakan. Jika siswa sanggup, maka kita berikan, jika tidak maka janganlah kita siapkan.
Terkadang jawaban alasan siswa tidak mengerjakan les, karena banyak tugas sekolah, hal ini pada sebagian kecil siswa les betul adanya, tapi umumnya tidak.
d.      Bermain HP saat les
Siswa les yang menggunakan HP saat les ada beberapa kondisi, diantaranya pengalihan kejenuhan, lagi asyik – asyiknya sms, menjawab sms, untuk menghitung, dll. Akan tetapi, jadi bermasalah bila dia keseringan menjawab sms alias asyik sms. Bila penggunaan HP hanya pengalihan dari kejenuhan, tidaklah mengapa. Jadi tidak masalah kita membiarkan sesekali siswa menjawab sms atau menghitung memakai HP, akan lebih baik, sejak awal les kita sampaikan kepadanya untuk mematikan HP saat les. Ini sangat bermanfaat buat siswa dalam hal konsentrasi.
Bila kita sendiri harus ber sms saat les maka sampaikan alasan yang tepat, misalnya Pak Guru saat les ber sms karena menjawab pertanyaan, atau mengatur jadwal les selanjutnya, dan urusan – urusan yang lain. Karena terkadang saat les, kita tidak bisa mengerjakan soal les karena sulit, kita bisa saat itu sms teman untuk membantu menjawab. Lha yang seperti ini, kita sms maksudnya, sejak awal kita sampaikan kepada siswa dengan harapan siswa les jangan ikut – ikutan.
Bila siswa tidak mempedulikan komitmen awal untuk tidak mengaktifkan HP maka kita bersabar dan terus menyampaikan ke siswa dengan teguran yang ringan. Karena kalau ini dibiarkan, les akan terganggu. Jika terganggu akibatnya les kurang bermanfaat.
e.      Bercanda dan mengobrol dengan temannya
Jika les siswa lebih dari 1, kelemahannya adalah siswa ngobrol pada perkara – perkara yang tidak ada hubungan dengan les, misalnya ngobrol masalah teman, curhat keluarga, dll. Ini jelas tidak bermanfaat, kecuali kalau dilakukan di luar les karena pengefektifan waktu les. Sesekali itu boleh ngobrol, akan tetapi bila keseringan, tentu berdampak tidak baik.
Kelemahan ngobrol inilah yang menjadikan banyak siswa yang pindah memilih les privat. Kita bisa melihat siswa di kelas bimbel, saat KBM berlangsung, siswa terlihat kurang memperhatikan karena keasyikan ngobrol. Begitu jatuh nilainya, mereka beralih ke les privat. Jika di les privat mereka tetap mengobrol akibatnya akan mencari guru les lain.
Kadang ini menjadi logika terbalik. Ilustrasinya seperti ini, siswa A tidak mau les di bimbel karena di sana ia ketemu teman – temannya dan ngobrol akibatnya nilainya jatuh, padahal dia sendiri yang pengin ngobrol dengan temannya, karena kalau tidak ngobrol, maka tidak asyik. Kemudian pindah di les privat agar tidak ngobrol, begitu di les privat, ia pengin ada temannya, agar ia bisa melanjutkan obrolannya, dan kenyataannya demikian, ia suka kalau ngobrol. Meskipun ia memandang untuk mencari les yang tidak ada obrolannya. Oleh karenanya, jika siswa masih ngobrol, maka tetap kita tegur dan sabar jika hal itu terulang lagi di kemudian hari.
f.        Sering ijin tidak les
Beberapa contoh sms yang menunjukkan ijin tidak les sebagai berikut :
-          “Maaf, Pak. Hari ini lesnya libur dulu.”
-          “mv ya Pak, saya lagi banyak tugas jadi les libur.”
-          “pak saya ijin karena di sini hujan”
-          “pak, saya tidak bisa les karena baru sakit.”
-          “mf, pak. Saya baru belajar kelompok di rumah teman, lesnya minggu depan lagi saja.”
-          “mf, pak. Saya lagi ada luar kota, belum pulang”
-          “mf, pak, saya baru ke rumah eyang. Ijin dulu”
-          Dan lain – lain
Jika diambil penyebab ketidakhadiran les sebagai berikut :
1.       Sakit
2.       Menyelesaikan tugas
3.       Belajar  kelompok
4.       Bepergian
Alasan – alasan di atas dapat dimaklumi jika kondisinya sesekali. Namun, jika ijinnya keseringan, maka pertanyaan selanjutnya adalah, ‘Ada Apa’, . Menurut pengamatan saya yang terbatas, jika siswa ijin les (maksudnya ijin tidak les ) 3 kali berturut – turut berarti ada kecenderungan untuk pengin pindah les alias tidak betah les dengan kita.
Salah satu antisipasinya, jika siswa sudah ijin les kali kedua, maka segera temui siswa les tersebut untuk konfirmasi, sehingga terdapat kejelasan. Bilamana alasanya tepat, maka tidak menjadi masalah.
Jika ijin tidak les itu diberikan via sms/telp pada jam – jam sebelum les, tidaklah mengapa. Minimalnya 1 jam sebelum les, sehingga jika siswa ijin les pada jam tersebut, dapat kita tawarkan kepada siswa lain untuk mengganti. Namun, bila yang terjadi, dia sms pada waktu 15 menit sebelum jadwal les, maka ini membutuhkan kesabaran kita. Yang lebih parah, saat kita sudah berjalan dari rumah ke rumahnya selama 30 menit, tiba – tiba pas mau sampai rumahnya, ibunya ijin tidak les. Jika kondisinya demikian, maka ya kita sabar.
g.       Catatan tidak punya alias sering ganti – ganti buku
Sedih rasanya bila melihat siswa sering ganti – ganti lembaran catatan atau ganti – ganti buku, seakan – akan ilmu yang kita sampaikan terbuang begitu saja. Bila kita ingin membuktikan bahwa kita sudah menyampaikan materi tersebut dan ingin kita ingatkan kembali, maka akan sulit mencari file – file tadi. Ya sabar juga jadinya.
Siswa yang sering ganti – ganti buku catatan, ini menunjukkan siswa les tersebut tidak belajar dari catatan – catatan les yang kita berikan. Padahal, menurut kita, catatan itu penting untuk selalu diingat. Terlebih lagi jika siswa mencampur dengan catatan pelajaran di sekolah, atau catatan pelajaran mapel lain.
Oleh karenanya di awal les, hendaknya guru les mengingatkan hal ini. Mengingatkan sejak awal pentingnya mencatat di buku khusus les. Jika tidak kita sampaikan, maka siswa tidak akan tahu.
h.      Malas mencatat
Pak Guru sedang mengerjakan soal – soal yang sulit di papan tulis, di belakang si A hanya menatap tanpa menulis, begitu di suruh menulis si A hanya menulis sepenggal – penggal. Kalau si B, dia tidak mencatat dengan alasan sudah paham, padahal belum tentu. Si C menulis dengan sangat lambat sedangkan si D menulis yang penting – penting saja. Ketika mengalami kondisi – kondisi di atas tentu kesabaran kita diuji. Bisa siih kita marah saat itu, tapi akibat kemarahan itu, siswa akan pergi meninggalkan kita.
Lalu apakah hal di atas kita biarkan ? Jika kita biarkan, maka jangan bersedih manakala di kemudian hari siswa tidak bisa mengerjakan soal serupa dengan alasan lupa.
i.         Konsentrasi kurang
Pandangan siswa kelihatan tidak fokus, sering melihat jam, ditanya tidak segera menjawab, atau diam. Indikasi – indikasi di atas, sebagai pendekatan untuk mengenal tingkat konsentrasi yang kurang. Konsentrasi yang kurang saat les dapat terjadi manakala : siswa lagi menahan sakit, jenuh terhadap materi yang kita berikan, les terlalu lama, gelisah, lagi banyak kegiatan yang akan dilakukan, atau ada masalah dengan teman atau keluarga.
Jika permasalahan penyebab kurang konsentrasi ada pada kita, maka hendaknya kita segera refleksi dengan meminta masukan siswa. Jika permasalahan terjadi pada siswa, maka pancing siswa untuk mengemukakan dan kita berikan solusinya. Akan tetapi jika hal itu sulit diungkap, maka kita meminta dengan sangat kepada siswa, agar saat les pikiran harus fokus,  dan hal – hal lain agar ditinggalkan sejenak.
Oleh karenanya guru les harus cermat, manakala siswa di pertemuan sekarang tidak seperti pada pertemuan yang telah lalu, gejolak hati siswa tersebut perlu segera dipecahkan.
j.        Terlambat membayar
Tidak selamanya siswa tertib membayar. Jika les privat hanya 1 siswa maka kecenderungan membayar akan tertib, akan tetapi jika les lebih 1, maka biasanya akan ada siswa yang terlambat, alasan pun beragam bisa karena lupa atau pada saat itu orangtua tidak punya uang. Antisipasinya adalah jika sudah lewat 3 kali pertemuan, sebaiknya les siswa ditunda dulu, sampai siswa tersebut membayar. Hal ini lebih baik, tentu saja kita mengatakan dengan bijak.

Sebenarnya banyak sekali contoh – contoh yang dapat kita berikan, karena keterbatasan waktu dan tempat, maka kita cukupkan 10 hal tersebut. Kesepuluh hal tadi, insya Allah, akan kita jumpai dalam prakteknya, bahkan bisa jadi kesepuluh hal tadi dimiliki oleh 1 siswa. Kalau terjadi demikian, maka seakan kita mendapat telur busuk.