Konflik Dengan Siswa Les
Berinteraksi
dengan siswa les atau orangtuanya tidaklah semulus yang dibayangkan. Ada
kalanya mengalami rintangan – rintangan atau semulus apapun terkadang menyisakan
sedikit persolan yang kemudian akan menjadi konflik. Berikut ini akan diberikan
ilustrasi yang menggambarkan konflik – konflik dengan siswa les atau oragtuanya
:
a.
Si A telah les beberapa kali, akan tetapi karena
keteledoran guru les, si A tidak diabsen, akibatnya setelah beberapa kali
pertemuan tibalah waktu penagihan les, ternyata terjadi perbedaan pengklaiman
kehadiran, orangtua si A mengklaim hadir 4 x pertemuan tetapi guru les
mengklaim sudah 6 x pertemuan. Guru les tidak bisa menunjukkan bukti fisik
kehadiran, kemudian dia menggunakan bukti catatan harian anak. Meskipun
demikian, ortu si A tidak menghiraukan dan tetap pada keyakinannya.
Selanjutnya, orangtua si A memutuskan tidak melanjutkan les lagi.
Solusi
:
Hendaknya guru les memahami terlebih
dahulu karakteristik orangtua dalam pembayaran les, adakalanya orangtua ada
yang pelit dalam membayar, ada yang tidak. Guru les pun harus mengadministrasi
pembayaran sebaik mungkin. Jika pembayaran dilakukan di akhir pertemuan
keempat, maka pada pertemuan ke – 3, siswa les harus diingatkan bahwa besok
pada pertemuan ke – 4, siswa harus membayar. Umumnya cara seperti ini efektif.
Jika sudah terlanjur tidak diabsen, kemudian terjadi perbedaan pengklaiman
kehadiran, sebaiknya guru les mengalah, hal ini lebih baik.
b.
Si B les bersama – sama 2 temannya yang
kebetulan masih menjadi tetangga di rumah guru lesnya. Si B memiliki
kepribadian temperamen (pemarah), mudah menyerah, sulit diatur, ditambah lagi
kemampuan akademik kurang. Si B ini sering enggan mencatat dan kebiasaan suka
cerita karena kedua temannya adalah teman main. Dengan kebiasanaan mengobrol
tersebut, akhirnya selalu mengganggu konsentrasi belajar. Tidak hanya itu, si B
tidak mau mengerjakan latihan – latihan soal yang diberikan oleh guru lesnya. Awalnya
guru les sabar dan dengan tenangnya menegur dan menasehati si B, akan tetapi
tiba – tiba meletuplah emosional guru les dengan menggebrak meja, yang
mengakibatkan si B kaget. Kedua temannya pun ikut – ikutan kaget mendengar
gebrakan meja tersebut. Ternyata tanpa guru les sadari, berita itu menjadi
perbincangan siswa les, hingga terdengar oleh ortu si B. Akibatnya yang tadinya
ortu si B menegur sejak saat itu sudah tidak pernah menegur lagi, meskipun si B
tetap les.
Solusi
:
Jika guru les menghadapi siswa
demikian, maka sebaiknya siswa dipanggil kemudian dijelaskan dan diberi
motivasi. Ketika sudah berulangkali diingatkan tidak ada perubahan, maka
sebaiknya guru les bertemu dengan orangtua untuk menjelaskan perilaku siswa di
tempat les. Sebab tidak setiap orangtua paham dan mengerti apa yang dilakukan
di tempat les. Selanjutnya, jika tidak ada perubahan atau itikad baik untuk
berubah, maka sebaiknya siswa les tersebut harus ditinggalkan, sepanjang guru
les merefleksi untuk memperbaiki metode mengajar anak les yang memiliki tipe
temperamen.
c.
Si C ingin mendaftar les privat karena mendengar
kabar dari teman – temannya bahwa guru les Mr.Z sangat gigih mengajar yang
banyak alumni siswa lesnya mendapat nilai bagus. Terobsesi hal tersebut, Si C
melabuhkan keinginannya untuk les di Mr. Z. Perasaan bahwa jikalau di les di
Mr. Z akan mendapat nilai bagus, menjadikan si C justru santai dan bermalas –
malasan belajar. Tidak hanya itu, PR sekolah tidak dikerjakan, karena yang
penting hasil akhir. Obsesi nilai tinggi pun selalu ia dengungkan kepada
orangtuanya. Si C juga ketika les, punya kebiasaan ngobrol yang kebablasan.
Akhirnya setelah pengumuman UN, nilai si C amat sangat jauh dari harapan.
Kecewalah si C dan ortunya. Akibatnya, komunikasi antara ortu C dengan Mr. Z berkurang.
Solusi
:
Begitu guru les mengetahui nilai si C
jelek, sebaiknya sesegera mungkin, guru les menemui orangtua si C dan
menjelaskan apa saja yang dilakukan si C di tempat les. Selanjutnya, guru les
mengatakan bahwa itulah nilai yang terbaik yang bisa si C dapatkan. Selanjutnya
guru les meminta kepada ortu si C, di kelas selanjutnya hendaknya ada perubahan
yang terjadi.
Tindakan preventif yang dapat
dilakukan seorang guru les, bila mendapatkan si C, adalah dengan mengestimasi
nilai UN berdasar nilai – nilai try out yang didapatkan pada sebulan sebelum
UN. Misalnya jika nilai mapel yang kita les dari beberapa try out mendapatkan
nilai 3,4,3,5 dapatlah kita katakan bahwa perkiraan nilai UN sekitar 4.
Meskipun besok nilai UN nya jauh lebih tinggi, akan tetapi setidaknya dapat
mengerti bahwa kemampuan anak demikian. Jangan sampai estimasi terhadap nilai
UN si anak, ortu berlebihan demikian juga si anak.
d.
Si D begitu aktif dengan kegiatan ekstra
sekolah, pulang biasa sore, sehingga terkadang menabrak waktu les. Jika
seminggu les sebanyak 2 kali, dia hadir les hanya sekali rutinnya, terkadang
tidak hadir. Yang lebih parah, manakala guru lesnya datang, si D sering
mengganti jadwal sesuai kehendaknya. Dengan terpaksa, guru les menuruti
perubahan jadwal si D. Hal ini terjadi berulangkali. Suatu saat guru les tidak
memenuhi jadwal yang disepakati karena alasan ingin memberi pelajaran si D.
Yang terjadi justru si D melaporkan dan membuat opini negatif pada orangtuanya,
bahwa guru les tidak konsisten jadwal. Kemudian les tidak dilanjutkan lagi.
Solusi
:
Sebaiknya guru les segera
mengklarifikasi kejadian yang sebenarnya kepada ortu si D tidak di depan si D.
Dengan penjelasan tersebut, image
guru les masih terpandang baik.
Pada tindakan preventif, guru les
sebaiknya mengurangi jadwal les dari 2 kali menjadi sekali dalam seminggu. Jika
siswa sering sekali merubah – rubah jadwal seenaknya, maka jangan dituruti.
Sesekali tidak masalah. Kemudian buat kesepakatan lagi jadwal yang tepat untuk
si anak, akan tetapi ada kecenderungan, jadwal berubah apapun masih tetap akan
terganti – ganti karena kesibukan si anak. Oleh karenanya buat ketegasan, jika
sebanyak 3 kali berturut – turut si anak tidak berangkat, maka les dihentikan.
e.
Si E sudah les privat lama, selama sepanjang
waktu les, si E mendapat keringanan biaya les karena pandai. Pembayaran pun
bulanan, artinya pembayaran tidak dilakukan dengan menghitung berapa kali dia
datang. Meski tidak full hadir, konsekuensinya adalah dia harus membayar
perbulan, sesuai kesepakatan awal. Si E sudah 2 bulan tidak membayar, kemudian
memasuki bulan ke tiga, kehadiran si E sangat jarang, Begitu pas datang, si E
ditagih membayar. Pas hari les tiba, si E berangkat, tapi belum membayar.
Begitu beberapa kali terjadi, hingga Si E akhirnya membayar, yang harusnya
membayar sebanyak 4 bulan, namun hanya membayar 1 bulan. Akhirnya Si E tidak
melanjutkan lesnya lagi, padahal les sudah terhitung lama.
Solusi
:
Pada kasus si E, guru les sebaiknya
menemui orangtua si E, mengkalrifikasi dengan tanpa niat untuk meminta
keurangan pembayaran. Karena si E sudah lama lesnya, maka berikan pujian –
pujian dan ucapan terimakasih atas kepercayaan selama ini.
Tindakan preventif yang dapat ditempuh
adalah pembayaran les jangan sampai telat dan ini perlu disampaikan sejak awal
les.
Permasalahan – permasalahan di atas hanyalah ilustrasi dari sebagian konflik
guru les yang biasa dialami. Secara umum, konflik lebih ke sisi kekurangtepatan
waktu dalam pembayaran yang berakibat menimbulkan gesekan – gesekan. Adapun
solusi – solusi yang diberikan hanyalah stimulus dan setiap guru les dapat
mengembangkan atau menyesuaikan sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.