Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Tuesday 31 December 2013

Kualifikasi Guru Les



Tidak ada standar yang baku mengenai kualifikasi pendidikan guru les privat. Mengingat ini pekerjaan swasta dan berdasar kerelaan bersama. Oleh karenanya jika orangtua siswa menolak guru les karena kualifikasi pendidikan tidak seperti yang diinginkan tidak masalah.
Jadi banyak mahasiswa yang masih semester 2 sudah terjun jadi guru les privat baik dengan alasan ekonomi ataupun penyaluran kemampuan. Sejauh orangtua siswa tidak mempermasalahkan, maka tidak masalah. Selain kualifikasi pendidikan, di masyarakat tidak mempermasalahkan kualifikasi akademik. Banyak jurusan teknik mengajar, banyak sarjana non keguruan juga mengajar, sarjana jurusan A mengajar mapel B, dst. Ini artinya, kualifikasi akademik tidak mempermasalah selagi masih dipercaya oleh orangtua siswa.
Di lowongan – lowongan pekerjaan, seringkali mensyarakat mahasiswa semester 5 minimalnya dan sesuai dengan kualifikasi akademik. Tapi beberapa juga menyebutkan harus sarjana S1, bahkan mensyaratkan PTN, dengan IPK tertentu.
Sebagaimana yang dikemukakan di atas, masyarakat tidak mempermasalahkan kualifikasi akademik dan pendidikan, yang terpenting adalah bagaimana guru les tersebut mampu mengajar dan siswa suka. Kedua syarat itu, menjadikan guru les dapat mengajar siswa les. Sebab tidak mesti juga seseorang yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan dan kualifikasi akademik dapat mengajar sehingga siswa suka. Hanya saja idealnya, guru les harus sesuai dengan kualifikasi akademik dan kualifikasi pendidikan, yaitu minimal S1 untuk mengajar siswa les SD hingga SMA. Sebab dengan kualifikasi yang sesuai, guru les dapat mengajar dengan tenang dan nyaman.

Guru Les Sebagai …



Guru les mampu memotivasi siswa untuk belajar. Siswa yang malas bersekolah menjadi giat berangkat sekolah. Dengan motivasinya siswa tergerak untuk mengembangkan pengetahuannya. Prestasi siswa tumbuh dengan motivasi guru lesnya. Sudah melihat guru lesnya saja, siswa sudah termotivasi untuk belajar. Jadilah saat itu guru les sebagai motivator.
Mengajar memiliki seni. Sehingga mengajar laksana panggilan jiwa, karena seni mengajar sudah terpatri dalam jiwanya. Materi dan metode mengajar dapat dikemas sehingga menjadi lebih mudah dimengerti siswa dengan seni. Jadilah saat itu guru les sebagai pekerja seni.
Laksana pemain sepabola, seorang pelatih menyemangati para pemain untuk bersemangat, tidak mudah menyerah. Pelatih mengerjakan teknik – teknik menendang, mendribling bola, mengumpan, berlari, menyundul, melempar, menangkap, dll. Demikian halnya guru les. Guru les yang mampu melatih siswanya dengan teknik – teknik yang dipunyai, sehingga siswa menjadi lebih bersemangat dan tidak mudah menyerah. Jadilah saat itu guru les sebagai pelatih.
Perang memiliki strategi. Rencana – rencana yang matang disiapkan untuk menghadapi serbuan. Rintangan – rintangan bukanlah penghalang akan tetapi dijadikan tantangan. Melatih anak buahnya untuk siap tempur menghadapi musuh dengan strategi dan kelincahan dilakukan. Betapa banyak musuh yang hebat dapat dikalahkan oleh strategi yang cemerlang. Demikian juga guru les harus mampu memberikan strategi – strategi buat siswanya untuk menghadapi ujian. Keterbatasan kemampuan siswa bukan menjadi halangan untuk berprestasi. Betapa banyak orang miskin dan keterbatasan fisik dengan bantuan guru les, menjadi siswa – siswa yang hebat. Jadilah saat itu guru les sebagai panglima perang.
Ketika guru les datang, tentu disambut dengan senyuman dan selamat datang oleh tuan rumah. Tempat yang terhormat pun disediakan. Di saat itu pula guru les harus melayani siswa lesnya dengan penuh kesungguhan. Keluhan – keluhan siswa didengarnya dengan seksama. Sabar menghadapi kekurangan siswa ditunjukkan. Jadilah saat itu guru les sebagai raja sekaligus pelayan.
Guru les berapi – api menyampaikan materi. Materi disiapkan dengan kesungguhan agar mudah diterima. Ia jelaskan ke siswa lesnya dengan sepenuh hati, agar tertarik terhadap materi yang ia sampaikan. Jadilah saat itu guru les sebagai bakul jamu (penjual jamu).
Salah satu fungsi orangtua adalah bertanggungjawab terhadap pendidikan anak – anaknya. Seiring dengan kesibukan waktu dan merasa orangtua tidak mampu mengajari anaknya, maka ia mewakilkan kepada guru les. Ia memberi amanah kepada guru les, untuk menjalankan fungsinya. Jadilah saat itu guru les sebagai orangtua.
Siswa ketika menghadapi masalah dalam roda kehidupannya membutuhkan teman untuk berbagi hati (curhat). Guru les pun mendengarkan dengan seksama, sekaligus memberikan saran dan masukan. Sebaliknya guru les berbagi pengalaman – pengalaman kepada siswanya. Jadilah saat itu guru les sebagai seorang teman curhat.
Siswa diajari oleh guru lesnya bagaimana bersikap baik di sekolah mapun di rumah. Seolah – olah guru les menggambarkan betapa pentingnya memiliki sikap dan akhlak yang baik. Guru les pun melakukannya. Sosok guru les dapat menjadi insiprasi dalam etika. Jadilah saat itu guru les sebagai pendidik.
Nilai – nilai yang diberikan oleh siswa, guru les mampu menafsirkannya dan mengungkapkannya dengan bahasa – bahasa yang tidak menyinggung. Seberapa lemah siswa atau sebetapa maju siswa dapat dievaluasi dengan pertemuan – pertemuan les yang dilaluinya. Remidi dan pengayaan yang tepat diberikan guru les agar siswa les semakin terasah kemampuan kognitifnya. Kegiatan refleksi – refleksi pun terus dilakukan demi menuju kesempurnaan siswa les. Jadilah saat itu guru les sebagai evaluator.
Siswa dikenal dengan seorang pembelajar. Siswa belajar dengan guru lesnya, demikian juga guru les belajar siswanya. Tukar menukar ilmu pengetahuan/soal terjadi saat les. Banyak pula guru les belajar dari muridnya setelah mengetahui seorang muridnya yang memiliki keterbatasan kemampuan, begitu gigih belajar. Guru les juga melihat ada siswanya yang pandai begitu gigih dan terampil memecahkan masalah dengan cepat, sehingga mampu mengalahkan kecepatan menghitung guru lesnya. Sebagian murid lesnya memiliki analisis – analisis yang tajam terhadap fakta – fakta dan persoalan yang diajukan. Jadilah saat itu guru les sebagai seorang pembelajar.
Siswanya ada yang berasal dari orang tua tidak mampu. Ada juga yang berasal dari anak yatim. Dengan jiwa kedermawanan, siswa – siswa tersebut diberi keringanan bahkan penggratisan agar mereka dapat mengikuti les layaknya orang mampu. Jadilah saat itu guru les sebagai seorang dermawan.
Les adalah miniatur kecil dari kelas. Apa – apa yang dilakukan oleh seorang guru di kelas di suatu sekolah tidak jauh beda apa yang dilakukan oleh guru les. Jadilah saat itu guru les sebagai guru .
Pengelolaan les privat tentu dilakukan seorang diri. Dari segi pengaturan keuangan, mengelola siswa, pengaturan jadwal, pengaturan siswa, hingga pengaturan orangtua siswa, dan hal – hal lain dikelola sendiri oleh guru les privat. Jadilah saat itu guru les sebagai manajer.
Sebagian waktu seorang guru les adalah di jalan. Ia naik motor dari rumah satu ke rumah yang lain. Hujan, banjir, dan kilat adalah hal yang biasa. Belum lagi kemacetan, kepayahan, terik matahari di jalan, sudah biasa dirasakan. Antre bangjo telah melatih kesabarannya. Asap kendaraan dan kepulan polusi udara yang lain telah menghitamkan sebagian kulit, sebagian montornya, dan sebagian pakaiannya. Jadilah saat itu guru les sebagai The Black Rider (pengendara gelap).
Ternyata masih banyak sekali peran – peran yang bisa dilakukan oleh seorang guru les. Jika demikian banyak peran yang bisa diambil oleh seorang guru les, maka bagaimana halnya jika peran – peran tadi menyatu ke dalam diri seorang guru les secara keseluruhan dan terintegrasi. Sehingga pantaslah dengan waktu yang sedikit guru les dapat keuntungan yang lebih dari tarif les tersebut.

Menghitung Pendapatan Bulanan Guru Les



Di bab ini akan kita tunjukkan sejauh mana pendapatan guru les dengan perkiraan, yang bisa jadi antara guru les satu dengan yang lain berbeda. Tapi setidaknya pendapatan guru les cukup lumayan dan di atas UMR.
                Asumsikan jika guru les memberi les sehari sekali pertemuan (waktu PP + les = 2jam)  dengan tarif Rp30.000,00, maka sebulan sudah mendapat Rp600.000,00 s/d Rp750.000,00. Nah pendapatan seperti itu sudah senilai dengan buruh pabrik, lulusan SMU, yang bekerja shif – shifan 8 jam sehari.
                Jika guru les memberi siswa les sehari 2 kali pertemuan (waktu PP + les = 4 jam) dengan total pendapatan perhari Rp60.000,00, maka sebulan sudah masuk Rp1.200.000 s/d 1.500.000. Pendapatan ini senilai dengan pegawai administrasi kantoran, lulusan S1, yang bekerja sehari 8 jam.
                Jika guru les memberi siswa les sehari 3 kali pertemuan (waktu PP + les = 6 jam) dengan total pendapatan perhari Rp100.000,00, maka sebulan sudah masuk Rp2.000.000 s/d 2.500.000. Pendapatan ini senilai dengan PNS golongan II A ke atas.
                Nah, bila kita profesional, pendapatan les bisa 2 kalinya dari yang di atas, meski jam les sama. Hal ini terkait bonus, nilai kepercayaan, dll. Tentu saja kualitas jam terbang pengajar les. Hanya saja sebaiknya, menjalani profesi ini, bersikaplah qona’ah. Dengan sikap merasa cukup tadi, kita akan bekerja dengan nyaman, tenang, dan No Target. Bagi pemula yang mau terjun les, juga jangan berpikir ke arah pendapatan yang besar dahulu, tapi lebih prioritaskan kualitas.

Tiga Senjata Mengajar Les



Seseorang tatkala hendak berperang, maka harus memiliki bekal persenjataan yang cukup. Dengan senjata yang dipunyai dan diimbangi dengan kelihaian mengolah senjata dan kecermatan mengenali musuh, maka akan lebih mudah dalam memenangkan pertempuran.
Hal ini tidak jauh beda tatkala seseorang mau mengajar les privat. Kita semua menginginkan agar les privat yang dijalani dapat memberikan manfaat seperti yang kita inginkan, bahkan bisa memberikan manfaat yang lebih, yang tidak kita duga – duga sebelumnya, atau manfaat yang sangat mendalam. Oleh karenanya, setidaknya guru les privat harus mengetahui dan memahami senjata apa saja yang harus dimiliki agar les privat tersebut dapat bermanfaat :
a.       Kompeten dalam bidangnya
Tidak diragukan lagi bahwa, seseorang tatkala mau mengajar maka ia harus kompeten di dalam apa yang akan disampaikan. Ia harus memahami betul terkait materi yang akan disampaikan. Menguasai variasi – variasi soal mutlak diperlukan agar kita dapat lincah mengkombinasikan soal – soal yang rumit. Dalam pengertian ini tidaklah mesti bahwa guru les harus mengerti 100 % tentang seluruh materi, akan tetapi terhadap bahan ajar yang kita berikan ke siswa, kita harus menguasai betul. Ini beralasan karena bila kita tidak menguasai materi, maka bisa jadi siswa akan bertanya tentang materi tersebut, atau siswa meminta kejelasan, sehingga apabila kita tidak mampu menjelaskan dengan baik, maka siswa akan memandang kita dengan pandangan negatif. Bahkan yang lebih parah, akan menjadi bahan ceritaan di antara teman – temannya dan ini sungguh – sungguh telah terjadi.
Terus alat ukur apa yang ideal untuk mengukur kompetensi di dalam mengajar les ? Saya berpendapat bahwa cukuplah soal – soal UN sebagai standarisasi kelulusan, kita menguasai betul. Ini artinya, kalau kita mengajar materi SD, maka soal UN SD harus kita mampu mengerjakan. Begitu seterusnya hingga SMA. Bila kita akan mengajar siswa untuk persiapan masuk PTN, maka haruslah kita menguasai soal – soal masuk PTN tersebut.
Sebuah harga diri tentunya, manakala kita tidak bisa menjawab soal – soal yang ditanyakan oleh siswa les kita. Misal, dari 10 soal PR sekolah yang diberikan oleh siswa kita, maka akan sangat malu bila kita tidak bisa mengerjakannya. Hal ini tidaklah berlaku bila soal – soal memang relatif rumit.
Dalam penguasaan materi, sebaiknya kita juga harus mengetahui materi prasyarat. Karena kurikulum kita termasuk kurikulum spiral. Bahwa apa yang dipelajari saat ini, materi tersebut dapat dikonstruksi dari pengetahuan awal ataupun membutuhkan materi prasyarat. Misalnya, seorang siswa yang belum bisa memfaktorkan persamaan kuadrat, maka kita harus mengetahui dulu apakah siswa tersebut dapat mengoperasikan perkalian dan penjumlahan aljabar.
Penguasaan materi yang cukup memudahkan kita untuk mengkreasi soal – soal, menyederhanakan langkah penyelesaian, memudahkan dalam menyampaikan dengan alur, yang berakibat siswa akan paham.
Sering kita jumpai di sekolah misalnya, dalam satu kelas terdapat 2 guru untuk mapel Kimia, tetapi dari 2 guru tersebut, di mata siswa ada yang terasa ringan untuk dipahami padahal materi itu termasuk materi yang berat. Mengapa bisa demikian ? Karena salah satu gurunya lebih kompeten dalam bidangnya. Begitu juga di tempat les demikian, karena terkadang ada siswa yang les 1 mapel dengan 2 guru.
Meski ini tidak melazimkan bahwa setiap orang kompeten, maka akan semakin mudah diterima. Oleh karenanya, perlu senjata yang kedua atau yang ketiga.
b.      Penguasaan metode
Metode mengajar dalam les memang terbatas. Di tempat les tentu saja, seorang guru tidak bisa membawa alat peraga atau melakukan eksperimen sebagaimana di sekolah. Metode di sini adalah mencakup kelihaian meramu materi dan menyampaikan, semakin fasih dalam penguasaan bahasa, maka kosakata yang dapat diterima siswa dapat beragam yang berakibat siswa akan semakin jelas dengan penjelasan gurunya.
Termasuk penguasaan metode ini adalah kemampuan guru mengemas materi yang sulit, tapi dapat terasa ringan oleh siswa, dan ini sangat mungkin. Seorang siswa les merasa tidak bisa matematika dari SMP hingga SMA kelas XI, ternyata setelah di les guru A di kelas XII, matematika dapat dikuasainya dengan baik. Tentu saja ini sangat menggembirakan dan memberikan motivasi tersendiri buat siswa.
Ketika seorang guru les ingin menginginkan siswanya dapat mengingat sebuah hafalan, adakalanya guru mengembangkan dengan metode misalnya jembatan keledai, atau mengatur dengan pola – pola tertentu, sehingga siswa akan mudah mengingat. Inilah yang menjadi nilai jual di bimbingan – bimbingan belajar.
Bisa jadi seorang guru les yang hanya memiliki ilmu sedikit tentang materi tertentu, akan tetapi ia pandai membawakan, seakan – akan di mata siswa, guru les tersebut memiliki ilmu yang sangat luas.
c.       Memahami siapa yang akan diles
Kepada siapa materi les akan diberikan, tentu saja kita harus mengetahui sejauhmana kemapuan siswanya. Siswa les yang berasal dari sekolah favorit tentu kapasitasnya secara umum akan berbeda dengan siswa yang berasal dari sekolah yang tidak dipandang mata oleh masyarakat. Bahkan dalam 1 sekolah pun kemampuan siswa bisa beragam. Oleh karenanya seorang guru les harus mengetahui setidak – tidaknya latar belakang siswa les tersebut.
Termasuk mengatahui siapa yang akan diles adalah memahami dengan betul kelebihan dan kurangan kemampuan kognitif anak. Ada siswa yang kuat menghafal tetapi lemah dalam penalaran, ada yang cepat memahami materi tetapi mudah lupa, ada yang lambat dalam memahami akan tetapi tidak cepat lupa, ada yang kemampuan menganalisis bagus akan tetapi malas dalam mencatat, begitu seterusnya. Kelebihan dan kekurangan siswa ini dapat kita ketahui dari wawancara dengan orangtuanya atau pada saat pembelajaran berlangsung.
Semakin tinggi penguasaan senjata tersebut, maka akan dapat dengan mudah kita menyampaikan materi, sehingga manfaat bagi siswa les dapat sesegera mungkin dirasakan.