Text Widget

Sample Text

Remidi 2 Materi Bilangan

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

BTemplates.com

Pages

Blogroll

About

Tuesday 31 December 2013

Memahami Tingkat Kemampuan Siswa



Saat ini mari kita berbicara tentang kemampuan siswa. Saya membagi kemampuan siswa dalam 4 jenis :
1.       Siswa yang pinter dan rajin belajar
2.       Siswa yang pinter tapi malas belajar
3.       Siswa yang kurang pinter tapi rajin belajar
4.       Siswa yang kurang pinter sekaligus malas belajar
Saya tidak akan membicarakan ukuran pinter secara kuantitatif atau kualitatif, begitu juga terkait kerajinan dan kemalasan. Karena kita tahu kecerdasan itu multiple, jadi cerdas atau pinter dalam bidang A namun di bidang B dia kurang. Namun secara sederhana, kita dapat membandingkan dengan kemampuan kita sendiri. Jika si anak memiliki kemampuan yang setara atau lebih dari kita di saat kita berusia seusia mereka, maka dapatlah kita katakan dia pinter. Misal si A usianya 13 tahun, kemudian kita tarik ke belakang kemampuan kita saat usia kita 13 tahun, jika kemampuannya anak itu sama dengan kita atau bahkan lebih maka dapatlah kita katakan dia pinter. Sebaliknya si B dengan usia 9 tahun, di saat usia kita seperti itu kita sudah bisa perkalian, kok si B belum, maka kita dapat mengkategorikan dia kurang pinter. Ingat, bahwa dalam mengkomunikasikan dengan orangtua kita tidak boleh mengatakan bahwa anak bapak kurang pinter, tapi hendaknya kita pandai – pandai dalam mengatur kalimat.
Kemudian kategori rajin atau malas belajar, cukuplah siswa sendiri yang akan menceritakan. Dia akan cerita kalau dia rajin belajar, belajar rutin tiap malam, tugas selalu dikerjakan, maka dapatlah kita katakan bahwa anak tersebut rajin belajar. Begitu juga kadang kita bisa mendapat informasi awal dari orangtua, manakala bapaknya atau ibunya cerita kalau si anak malas belajar, maka dapatlah kita mempercayai begitu saja. Kita sendiri pun bisa mengkategorikan si anak rajin atau malas belajar dengan PR atau tugas yang kita berikan, bila si anak merespon dengan mengerjakan, maka kita bisa mengklaim bahwa si anak rajin belajar.
Perlu diketahui bahwa kerajinan dan kemalasan belajar itu relatif terhadap waktu. Terkadang si anak rajin di awal tahun ajaran, tapi begitu sudah beberapa minggu, si anak ada pada habitat semula yaitu malas belajar, maka dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa si anak adalah tipe pemalas. Jadi yang ditekankan di sini adalah seringnya si anak malas atau rajin belajar. Timbul pertanyaan, bila suasah mengkategorikan si anak rajin atau malas lantaran, si anak terkadang belajar terkadang tidak dan kita sulit membedakan, maka yang terbaik kita bisa mengkategorikan bahwa si anak rajin belajar. Mengapa, karena anak sekarang lebih banyak tidak belajarnya daripada belajarnya.
Sekarang kita akan membicarakan bagaimana menghadapi siswa dengan ke empat kategori di atas :
1.       Siswa yang pinter dan rajin belajar
Saya sering menjumpai si anak dengan kategori di atas biasanya menduduki peringkat 5 besar untuk jenjang SMA, tapi tidak berlaku untuk anak SMP apalagi SD. Anak SMA mau tidak mau tidak cukup berbekal pinter semata, tanpa mau belajar. Saya sering menjumpai anak – anak yang pinter tapi karena malas belajar sukar berkembang kemampuannya di SMA. Suatu saat kita mengajarkan materi A tapi seminggu lagi atau sebulan lagi materi tersebut sudah dilupakan, padahal materi itu bisa menjadi materi prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya. Hal ini disebabkan karena ia malas belajar.
Siswa dengan kategori ini dalam les akan cenderung menuntut kita lebih inovasi. Jika kita tidak mau memberikan inovasi pembelajaran yang lebih, ia akan cenderung malas les, atau bahkan minta berhenti les. Hal ini akan menjadikan kendala bagi kita.
Hal tersebut masuk akal, karena siswa tersebut sudah mampu mengikuti dengan baik pelajaran di kelasnya, kemudian belajar mandiri saja bisa, sehingga manakala kita tidak memberikan sesuatu yang sifatnya menarik atau lebih inovatif, maka kita akan ditinggalkan oleh mereka. Siswa dengan kategori ini justru cenderung memiliki tingkat kemalasan yang lebih tinggi dibanding dengan kategori 2 dan 3. Mengapa ? karena kembali bahwa ia mampu mempelajari materi secara mandiri.
Strategi kita adalah membelajarkan materi dengan sesuatu yang beda, atau sesuatu yang sifatnya menantang. Soal – soal menantang dapat kita latihkan dengan memberikan siswa les berupa soal yang membutuhkan pemecahan masalah yang kompleks, menemukan rumus, soal – soal yang relatif baru dan menarik.
2.       Siswa yang pinter tapi malas belajar
Menghadapi siswa dengan kondisi ini sebenarnya lebih menyenangkan, karena tidak menuntut kita belajar sesuatu yang lebih seperti halnya dengan kategori 1. Kendala menghadapi siswa ini adalah bilamana si anak masih tetap terus tidak mau belajar, maka kemampuannya tidak akan berkembang dengan baik. Di pasaran les, jumlah siswa dengan kategori 2 ini sangat banyak. Bahkan dalam pengamatan yang terbatas saya, ada sekitar 40%.
Siswa ini cukuplah diberikan stimulus – stimulus dengan membiarkan siswa yang sendiri mengerjakan soal. Siswa ini akan cenderung bosan les, manakala kita disibukkan mengerjakan soal latihan, dia yang bengong. Logikanya mudah, karena di les ia membutuhkan belajar, bukan dibelajari. Jadi biarkan anak ini belajar, sementara kita dapat sms an. Ini fakta, bahwa saya sering bisa sms manakala mendapatkan siswa dengan model seperti ini.
3.       Siswa yang kurang pinter tapi rajin belajar
Di pasaran les jumlah siswa dengan kategori 3 ini termasuk cukup banyak pula, ada sekitar 40 %. Siswa dengan kategori ini punya kelebihan paling minat di dalam les. Mengapa ? karena ia sudah belajar mati – matian tapi kok tidak bisa – bisa. Hal ini saya sering menjumpai siswa kelas XI IPS atau kelas XII IPS. Mereka sudah belajar matematika, tapi kok tidak bisa – bisa.
Dalam membelajarkan siswa ini, dituntut guru mengajarkan dengan materi – materi yang mudah. Berikan siswa latihan soal – soal yang ringan dan biarkan mereka berlatih mengerjakan sendiri. Kalau soal yang kita berikan memang menuntut harus berhadapan dengan soal yang rumit, maka hendaknya kita mengerjakan soal yang rumit tersebut terlebih dahulu, kemudian kita modifikasi soal tersebut dengan missal mengganti bilangan saja, atau mengganti kalimatnya.
Inti sesungguhnya bahwa menghadapi siswa ini, kita berikan soal – soal yang mudah dan tidak rumit dengan tujuan siswa akan semangat lagi dalam belajar.
4.       Siswa yang kurang pinter sekaligus malas belajar
Ketika menjumpai siswa ini, ada kecenderungan pengajar les tidak sabar. Saya menjumpai keluhan dari orangtua bahwa anaknya sering dimarahi guru lesnya sehingga jadi takut, bahkan trauma dalam les. Akibatnya anak enggan dalam les. Keluhan lain bahwa pengajar les menjelaskan materi les secepat mungkin seakan – akan lomba adu cepat.
Memang menghadapi siswa ini termasuk paling susah, karena akibat dia kurang pinter dan males belajar adalah minat les itu rendah. Apalagi siswa tersebut memiliki kesibukan kegiatan sekolah atau ngeband, nongkrong, bahkan ngeGame, maka minat les anak teramat rendah. Bahkan ditambah lagi dengan kesibukan orangtuanya menjadikan minat dan motivasi les menjadi semakin rendah. Ternyata penyadaran – penyadaran akan pentingnya belajar atau pentingnya les, tidak bermanfaat lagi buatnya.
Umumnya siswa dengan kategori ini, yang minat les adalah orangtuanya. Si Anak terpakasa mau berangkat les, karena dipaksa oleh orangtuanya.
Solusianya, nah, di saat ada ruang perkenalan sebelum les, bahwa sampaikan ke anak, agar niat les bukanlah keterpaksaan. Tanamkan bahwa orangtua tidak bisa memberikan apa – apa kecuali hanya mengeleskan, dll. Pokoknya berikan motivasi atau doktrin bahwa yang butuh les adalah dirinya, bukan orangtuanya. Ini akan meminimalkan masalah di kemudian hari.
Kelemahan siswa ini sebagai berikut :
a.       Minat dan motivasi les siswa rendah
b.      Konsentrasi kurang, karena pikirannya bagaimana les itu bisa cepat selesai
c.       Menyukai jika les itu kosong
d.      Lebih banyak diam dan kurang merespon materi atau pertanyaan yang kita ajukan
e.      Sebaliknya bila dia les dengan jumlah  siswa banyak, akan cenderung ngobrol seperti pepatah tong kosong nyaring bunyinya
f.        Hasil prestasi yang didapatkan kelak akan segitu saja (sulit meningkat) dengan kata lain yang penting targetnya adalah lulus
g.       Jika nilai rendah di ujian, maka siap – siap kita tidak ditegur orangtuanya
h.      Suka menjauh dengan gurunya

0 comments:

Post a Comment